Om Swastyastu,
Sembahyang atau sering juga disebut muspa kramaning sembah merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan.
menurut kitab Atharwa Weda XI.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa, Brahma dan Yadnya.
dari keenam unsur srada tersebut, dua ajaran trakhir termasuk ajaran sembahyang.
sembahyang terdiri dari dua suku kata, yaitu:
didalam Reg Weda IX. 113-4 menjelaskan bahwa hidup yang benar merupakan persiapan untuk melakukan persembahyangan. yang diartikan hidup yang benar adalah:
Ketika bersembahyang tidak meminta sesuatu kepada-Nya, selain mengucapkan doa-doa seperti tersebut di atas. Perhatikanlah makna Kekawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut:
Itu berarti pula bahwa Hyang Widhi mengasihi dan memberkati hamba-Nya yang melaksanakan brata tapa yogi samadi terus menerus tanpa mengharap pahala.
Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.
Persiapan sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Sarana Persembahyangan
Bunga dan kawangen
Apinya dupa adalah simbol Sang hyang Agni, yaitu saksi dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi, sehingga disamping sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.
Tirtha
Bija atau Wija
Sebelum melaksanakan sembahyang, lakukan dulu TriSandya.
Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.
Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya
Sarana bunga
Mantram:
Om, sinar surya yang maha hebat,
Engkau bersinar merah,
hormat padaMu,
Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih,
Hormat padaMu pembuat sinar.
Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan
Sarana kawangen Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:
Mantra
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi,
kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana,
kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat,
kepada Adhanaresvari, hamba menghormat
Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah
Sarana bunga
Mantra
Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah,
anugerah pemberian dewa, pujaan semua pujaan,
hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.
Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan, kegem- biraan dan kemajuan
Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om, Semoga Hyang Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan, jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan.
hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi yang gaib.
Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon tirtaAmrta (ambrosia) dan bija.
pelaksanaan pemberian tirtha amrta inipun memenuhi acara tersendiri, demikian menurut manusmrti dinyatakan:
percikan tiga sampai tujuh kali ke ubun - ubun.
Mantram:
minum tiga kali
Mantram:
meraup tiga kali
Mantram:
berikut ini mantra untuk ista dewata
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:
Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:
Artinya:
YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
Artinya:
Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut:
Artinya:
Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini:
Artinya:
Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.
Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:
Artinya:
Ya Tuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya:
Artinya:
Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman, mantramnya:
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.
Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya:
Artinya:
Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya:
Artinya:
Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.
Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya:
Artinya:
Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini:
Artinya:
Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita, la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah:
Demikianlah mantram untuk Istadewata.
DOA SEHARI-HARI
Sembahyang atau sering juga disebut muspa kramaning sembah merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan.
salah satu hakekat inti ajaran agama Hindu (sanata dharma) adalah
sembahyang. setiap orang yang mengaku beragama, ia pasti melakukan
sembahyang karena sembahyang menurut agama bersifat wajib (harus).
sembahyang intinya adalah iman atau percaya sehingga semua tingkah laku
atau perbuatan, pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam bentuk
"bakti" hakekatnya sumber pada unsur iman (sradha).
menurut kitab Atharwa Weda XI.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa, Brahma dan Yadnya.
dari keenam unsur srada tersebut, dua ajaran trakhir termasuk ajaran sembahyang.
sembahyang terdiri dari dua suku kata, yaitu:
- Sembah yang artinya "sujud atau sungkem" yang dilakukan dengan cara - cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata - kata maupun tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan).
- Hyang artinya "yang dihormati atau dimuliakan" sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan itu.
- Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim dilakukan dengan jalan persembahan kembang, bunga (puspa).
- Mebakti, yang berasal dari kata bakti. dikatakan demikian karena inti sembahyang itu adalah untuk memperlihatkan rasa bakti atau hormat yang setulus - tulusnya, sebagai penyerahan diri kepada yang dihormati atau Tuhan YME.
- Maturan, artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan (menghaturkan) apa saja yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus iklas. intinya adalah perwujudan rasa bakti dan kerelaan untuk beryadnya.
didalam Reg Weda IX. 113-4 menjelaskan bahwa hidup yang benar merupakan persiapan untuk melakukan persembahyangan. yang diartikan hidup yang benar adalah:
- Suci Lahiriah,
- Suci Batiniah, dan
- Suci Laksana (hidup).
- Wrata (brata),
- Diksa,
- Daksina,
- Sraddha, dan
- Satya
"dengan BRATA orang akan mencapai tingkat DIKSA (orang suci). bila orang hidup dalam kesucian (diksa) maka ia akan memperoleh DAKSINA (rahmat) atau pahala. dengan pahala yang diperoleh ia akan mencapai SRADDHA (peningkatan iman) atau yakin, dan atas dasar keyakinan itulah ia dapat mencapai SATYA atau Tuhan".
Ketika bersembahyang tidak meminta sesuatu kepada-Nya, selain mengucapkan doa-doa seperti tersebut di atas. Perhatikanlah makna Kekawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut:
"Hana Mara Janma Tan Papihutang Brata Yoga Tapa Samadi Angetekul Aminta Wirya Suka Ning Widhi Sahasaika, Binalikaken Purih Nika Lewih Tinemuniya Lara, Sinakitaning Rajah Tamah Inandehaning Prihati".Artinya:
Adalah orang yang tidak pernah melaksanakan brata tapa yoga samadi,
dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka
ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan
kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ ambisius)
dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.
Itu berarti pula bahwa Hyang Widhi mengasihi dan memberkati hamba-Nya yang melaksanakan brata tapa yogi samadi terus menerus tanpa mengharap pahala.
Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan
cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa
melakukannya. Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang, membantu
komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga.
Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa
cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu makna yang terkandung
dari setiap langkah dan cara.
Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.
Persiapan sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang
seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah
ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan
sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:
Sarana Persembahyangan
Bunga dan kawangen
adalah lambang kesucian, karena itu perlu diusahakan bunga yang
segar, bersih dan harum. Jika pada saat sembahyang tidak ada kawangen,
maka dapat diganti dengan bunga (kembang). Bunga yang tidak baik
dipersembahkan menurut Agastya Parwa adalah:
"Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Hyang Widhi, yaitu bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa diguncanng, bunga yang berisi semut bunga yang layu atau yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh dikuburan. Itulah bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang-orang baik"Dupa
Apinya dupa adalah simbol Sang hyang Agni, yaitu saksi dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi, sehingga disamping sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.
Tirtha
adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara
tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh Pada Hyang Widhi (Ida
Betara). Tirtha dipercikan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka.
Hal ini dumaksudkan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci
yaitu bebas dari segala kotoran , noda dan dosa, kecemaran dan
sejenisnya.
Bija atau Wija
Adalah Lambang Kumara yaitu putra atau bija Bhatara Siwa. Kumara ini
adalah benih ke-Siwaan yang bersemayam di dalam diri setiap orang.
Dengan demikian "Mawija" (Mabija) mengandung pengertian
menumbuhkembangkan benih ke-Siwaan yang bersemayam didalam diri kita.
Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ditanam di tempat yang
bersih dan suci, maka itu pemasangan Bija(Wija) dilakukan setelah
metirtha.
Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun
sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku
adalah seperti berikut ini:
Sebelum melaksanakan sembahyang, lakukan dulu TriSandya.
Pada umumnya, sebelum melakukan
persembahyangan –baik dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah–
didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya
sebagai berikut:
1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
OM PRASADA STHITI SARIRA SIWA SUCI NIRMALAYA NAMAH SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.
2. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air.
Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu
telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan
mantram:
OM SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
OM ATI SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
3. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:
OM ANG WAKTRA PARISUDDMAM SWAHA
atau lebih pendek:
OM WAKTRA SUDDHAYA NAMAH
Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.
4. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
OM AM DUPA DIPASTRAYA NAMA SWAHA
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.
5. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya.
Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam
bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi
diulang sebanyak tiga kali.
Mantram di bawah ini memakai ejaan
sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca
lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga
sekali sebagaimana teks di bawah ini:
OM BHUR BHVAH SVAH TAT SAVITUR VARENYAM
BHARGO DEVASYA DHIMAHI
DHIYO YO NAH PRACODAYAT
|
Tuhan adalah bhur svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita. |
OM NARAYANA EVEDAM SARVAM YAD BHUTAM YAC CA BHAVYAM NISKALANKO NIRAÑJANO NIRVIKALPO NIRAKHYATAH SUDDO DEVA EKO NARAYANO NA DVITÌYO’STI KASCIT |
Ya Tuhan, Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua. |
OM TVAM SIVAH TVAM MAHADEVAH
BRAHMA VISNUSCA RUDRASCA
|
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa. |
OM PAPO’HAM PAPAKARMAHAM
TRAHI MAM PUNDARIKAKSA
|
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba. |
OM KSAMASVA MAM MAHADEVA
MAM MOCA SARVA PAPEBYAH
|
Ya Tuhan, ampunilah hamba HyangWidhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi. |
OM KSANTAVYAH KAYIKO DOSAH
KSANTAVYO VACIKO MAMA
KSANTAVYO MANASO DOSAH
TAT PRAMADAT KSAMASVA MAM
|
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba. |
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM | Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya. |
Setelah selesai memuja Trisandya
dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan
Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca
Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja
menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau
tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah)
dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram
untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan
dipakai muspa.
Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:Om Ang Ung Mang Puspa Danta Ya Namah SwahaArtinya:
Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om atma tattvatma suddha mam svaha.artinya:
Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.
Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya
Sarana bunga
Mantram:
Om Aditisyaparamjyoti,Artinya:
rakta teja namo'stute,
sveta pankaja madhyastha,
bhaskaraya namo'stute
Om hrang hring sah parama siwa raditya ya namo namah
Om, sinar surya yang maha hebat,
Engkau bersinar merah,
hormat padaMu,
Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih,
Hormat padaMu pembuat sinar.
Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan
Sarana kawangen Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:
Mantra
Om nama deva adhisthannaya,Artinya:
sarva vyapi vai sivaya,
padmasana ekapratisthaya,
ardhanaresvaryai namo namah
Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah swaha.
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi,
kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana,
kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat,
kepada Adhanaresvari, hamba menghormat
Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah
Sarana bunga
Mantra
Om anugraha manohara,
devadattanugrahaka,
arcanam sarvapujanam
namah sarvanugrahaka.
Deva devi mahasiddhi,Artinya:
yajnanga nirmalatmaka,
laksmi siddhisca dirghayuh,
nirvighna sukha vrddhisca
Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah,
anugerah pemberian dewa, pujaan semua pujaan,
hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.
Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan, kegem- biraan dan kemajuan
Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om ayu werdi yasa werdi,artinya:
werdi pradnyan suka sriam,
dharma santana werdisyat santute sapta werdayah,
Om dirgayuastu tatastu astu,
Om awignamastu tatastu astu,
Om subhamastu tatastu astu,
Om sukham bawantu,
Om sriam bawantu,
Om purnam bawantu,
Om ksama sampurna ya namah,
Om hrang hring sah sarwa nugraha ya namah swaha
Om deva suksma paramacintyaya nama svaha
Om, Semoga Hyang Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan, jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan.
hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi yang gaib.
Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon tirtaAmrta (ambrosia) dan bija.
pelaksanaan pemberian tirtha amrta inipun memenuhi acara tersendiri, demikian menurut manusmrti dinyatakan:
percikan tiga sampai tujuh kali ke ubun - ubun.
Mantram:
Om Buddha Mahapawitra ya namah
Om Dharma Mahatirtha ya namah
Om Sanggya Mahatoya ya namah
minum tiga kali
Mantram:
Om Brahma Pawaka
Om Wisnu Amrta
Om Iswara Jnana
meraup tiga kali
Mantram:
Om siwa sampurna ya namahsemua acara dapat dan umumnya disempurnakan dengan basma dan menerima wija (bija). yang dilaksanakan dengan mantra:
Om sadasiwa paripurna ya namah
Om paramasiwa suksma ya namah
Om kung kumara wijaya om phat
berikut ini mantra untuk ista dewata
Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:
Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:
Om, Akasam Nirmalam Sunyam
Guru Dewa Bhyomantaram
Ciwa Nirwana Wiryanam
Rekha Omkara Wijayam
Artinya:
YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
Om Nama Dewa Adhisthanaya
Sarva Wyapi Vai Siwaya
Padmasana Ekapratisthaya
Ardhanareswaryai Namo’namah
Artinya:
Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut:
Om Isanah Sarwa Widyanam
Iswarah Sarwa Bhutanam
Brahmano’ Dhipatir Brahma
Sivo Astu Sadasiwa
Artinya:
Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.
Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini:
Om, Girimurti Mahawiryam
Mahadewa Pratistha Linggam
Sarwadewa Pranamyanam
Sarwa Jagat Pratisthanam
Artinya:
Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.
Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:
Om, Catur Diwja Mahasakti
Catur Asrame Bhattari
Siwa Jagatpati Dewi
Durga Sarira Dewi
Artinya:
Ya Tuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.
Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya:
Om Brahma Prajapatih Sresthah
Swayambhur Warado Guruh
Padmayonis Catur Waktro
Brahma Sakalam Ucyate
Artinya:
Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman, mantramnya:
Om Brahma Wisnu Iswara Dewam
Tripurusa Suddhatmakam
Tridewa Trimurti Lokam
Sarwa Wighna Winasanam
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.
Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya:
Om Nagendra Krura Murtinam
Gajendra Matsya Waktranam
Baruna Dewa Masariram
Sarwa Jagat Suddhatmakam
Artinya:
Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.
Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya:
Om Sridhana Dewika Ramya
Sarwa Rupawati Tatha
Sarwa Jñana Maniscaiwa
Sri Sridewi Namo’stute
Artinya:
Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.
Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya:
Om Saraswati Namas Tubhyam
Warade Kama Rupini
Siddharambham Karisyami
Siddhir Bhawantu Me Sada
Artinya:
Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini:
Om Dwijendra Purvanam Siwam
Brahmanam Purwatisthanam
Sarwa Dewa Ma Sariram
Surya Nisakaram Dewam
Artinya:
Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita, la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.
Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.
Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah:
Om Ganapati Rsi Putram
Bhuktyantu Weda Tarpanam
Bhuktyantau Jagat Trilokam
Suddha Purna Saririnam
Demikianlah mantram untuk Istadewata.
DOA SEHARI-HARI
Inilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya
tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum,
misalnya, membuka rapat/ pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan
memegang buku.
OM ASATO MA SAT GANAYA
TAMASO MA JAYATIR GANAYA
MRITYOR MAMRITAM GAMAYA
(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan
yang sesat menuju jalan yang benar, dari jalan gelap ke jalan terang,
hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)
OM UTEDANIM BHAGAWANTAH SYAMOTA
PRAPITWA UTA MANDHYE AHNAM
UTODITA MAGHAWANTA SURYASYA WAYAM
DEWANAM SUMANTAU SYAMA
(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah
hamba orang yang selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah
hari, dan seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.)
OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA
OM WAKTRA PARISUDAHAYA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)
OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH
OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH
(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)
OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA
(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut hamba.)
OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)
OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA
OM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA
(Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan hamba menjadi bersih dan suci.)
Bisa pula dengan doa atau mantram ini:
OM GANGGE CA YAMUNE CAIWA
GODAWARI SARASWATI
NARMADE SINDHU KAWERI
JALE’SMIN SANNIDHIM KURU
(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba memanggil
sungai suci Gangga, Yamuna, Godawari, Saraswati, Narmada, Sindhu dan
Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada hamba.)
OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA
OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA
(Tuhan dalam perwujudanMu sebagai Tat
Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud kepadaMu dalam menggunakan
pakaian ini. Semoga pakaian hamba menjadi bersih dan suci.)
Selesai berpakaian hendaknya melakukan persembahyangan Trisandya.
Doa panganjali:
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti menyembah, diangkat sejajar dada.
Diucapkan saat berjumpa dengan seseorang atau memulai suatu pembicaraan dalam sebuah pertemuan. Tangan dicakupkan seperti menyembah, diangkat sejajar dada.
OM SWASTYASTU
(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah lindungan Tuhan.)
OM HIRANYAGARBHAH SAMAWARTATAGRE
BHUTASYA JATAH PATIREKA ASIT
SADADHARA PRITIWIM DYAM UTEMAM
KASMAI DEWAYA HAWISA WIDHEMAOM PURNAM ADAH PURNAMIDAM
PURNAT PURNAM UDACYATE
PURNASYA PURNAM ADAYA
PURNAMEWAWASISYATE
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih. Engkau
asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan awal. Engkau yang memelihara
semua makhluk, seluruh bumi dan langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan
Yang Maha Sempuma dan yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap
dalam kesempurnaanMu. Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang
cukup berkat anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)
Doa di atas baik untuk makan bersama,
misalnya, pesta atau istirahat makan dalam suatu pertemuan. Jika
sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang diambil dari kitab suci
Yajurveda:
OM ANNAPATE ANNASYA
NO DEHYANMIWASYA SUSMINAH
PRA-PRA DATARAM TARIS URJAM
NO DHEHI DWIPADE CATUSPADE
(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan,
anugerahkanlah makanan ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari
penyakit. Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)
OM ANUGRAHA AMRTADI SAÑJIWANI YA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir dan bathin yang suci.)
OM DHIRGAYUR ASTU, AWIGHNAMASTU, SUBHAM ASTU
OM SRIYAM BHAWANTU, SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah
masuk ke dalam tubuh hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang
umur dan tidak mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di
hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)
OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAM
OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA
(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).
OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYAYA NAMAH SWAHA
SARWA KARYA PRASIDHANTAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya
yang maha gaib dan maha karya, hanya atas anugrahMu-lah maka pekerjaan
ini berhasil dengan baik. Semoga damai, damai di hati, damai di dunia,
damai selamanya).
OM ASATO MA SADYAMAYA
TAMASO MA JYOTIR GAMAYA
MRTYOR MA AMRTAM GAMAYAOM AGNE BRAHMA GRBHNISWA
DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA
BRAHRNAWANITWA KSATRAWAHI SAJATA
WANYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHYAYA
(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba
dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan
pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari
kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci, terimalah
pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah
pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada
pada hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam
setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar pemimpin negara dan
para pejabat. Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan
kepada hamba.)
OM PRANO DEWI SARASWATI
WAJEBHIR WAJINIWATI
DHINAM AWIÑYAWANTU
(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi
Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan
kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba
selama-lamanya.)
OM PAWAKANAH SARASWATI
WAJEBHIR WAJINIWATI
YAJÑAM WASTU DHIYAWASUH
(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi Saraswati. Yang MahaSuci, anugrahilah hamba kecerdasan. Dan terimalah persembahan hamba ini.)
OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI
DHARMAM WASANAS TAPASODATISTAT
TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA
LYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA
(Ya Tuhan, muridMu hadir di hadapanMu,
Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama.
Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. Brahman yang
agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahayaMu yang
senantiasa memancar.)
OM DEWAKRTASYAINASO AWAYA JANAM
ASI MANUSYAKRTASI NAMA AWAYA JANAM
ASIPITRA KITASI NAMO AWAYA JANAM ASYATMA
KRTASYAENASO AWAYA JANAM
ASYENA SA’ ENASE WAYA JANAM ASI
YACCHAHAM ENO VIDVAMSCAKARA
YACCHAVIDVAMS TASYA VA YA JANAM ASI
(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba
terhadapMu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap
orangtua hamba, terhadap teman hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba
terhadap segala macam dosa, terhadap dosa yang hamba lakukan dengan
sadar atau tidak sadar. Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)
OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT
(Semoga atas perkenan dan berkahMu para
pemotong hewan dalam upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang
telah berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan
kebahagiaan. Tuhan, hamba memotong hewan ini, semoga rohnya menjadi
suci.)
OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH
(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan semuanya.)
OM ATMA TATTWATMA NARYATMA
SWADAH ANG AH
OM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU, MURCANTU
OM KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah
arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu, mencapai
keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala dosanya, semoga ia
mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta
pengampunanMu.) .
OM IHA IWA STAM MA WI YAUSTAM
WISWAM AYUR WYASNUTAM
KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH
MODAMANAU SWE GRHE
(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada
pasangan penganten ini kebahagiaan, keduanya tiada terpisahkan dan
panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu yang
memberikan penghiburan, tinggal di rumah yang penuh kegembiraan.)
OM WISOWISO WO ATITHIM
WAJAYANTAH PURUPRIYAM
AGNIM WO DURYAM WOCAH
STUSE SUSASYA MANMABHIH
(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang
datang pada setiap rumah. Engkau amat mencintai umatMu. Engkau adalah
sahabat yang maha pemurah. Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh
kekuatan, dalam ucapan maupun tenaga dan dalam lagu pujian.)
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO
JAGATAH STHATURUBHAYASYA YO WASI
SA NO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME
KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH
(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang
memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik
yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya
kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari
kekuatan yang jahat.)
Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau
orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram
Gayatri (bait pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada
lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
OM WICAKRAME PRTHIWIM ESA ETAM
KSETRAYA WISNUR MANUSE DASASYAN
DRUWASO ASYA KIRQYA JANASA
URUKSITIM SUJANIMA CAKARA
(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang
membentang di bumi ini, menjadikah tempat tinggal bagi manusia. Kaum
yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia telah
menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)
OM TACCAKSUR DEWAHITAM SUKRAM UCCARAT
PASYEMA SARADAH SATAM
JIWEMA SARADAH SATAM
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga
seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya, semoga
hamba hidup seratus tahun lamanya.)
OM SAM GACCHADWAM SAM WADADWAM
SAM WO MANAMSI JANATAM
DEWA BHAGAM YATHA PURWE
SAMJANANA UPASATEOM SAMANI WA AKUTIH
SAMANA HRDAYANI WAH
SAMANAM ASTU WO
MANO YATHA WAH SUSAHASATIOM ANO BHADRAH KRATTAWO YANTU WISWATAH
(Ya Tuhan, hamba berkumpul di tempat ini
hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan pikir sebagai mana
halnya para dewa selalu bersatu. Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama
dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup
bersama dalam sejahtera dan bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik
datang dan segala penjuru.)
OM ANUGRAHA MANOHARAM
DEVADATTA NUGRAHAKA
ARCANAM SARWA PUJANAM
NAMAH SARWA NUGRAHAKAOM KSAMA SWAMAM JAGADNATHA
SARWA PAPA HITANKARAH
SARWA KARYA SIDHAM DEHI
PRANAMYA SURYESWARAMOM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Ya Tuhan limpahkanlah anugrahMu yang
menggembirakan kepada hamba. Tuhan yang maha pemurah, semoga Tuhan
melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan, pelindung alam
semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah
hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar
suci, ibaratnya sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu.
Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai
selama-lamanya.)
Untuk menutup pertemuan, bisa pula
dipakai doa di bawah ini yang diambilkan dari kitab Yajurveda. Mantram
ini disebut Santi Mantram. Bunyinya:
OM DYAUH SANTIR ANTARIKSAM SANTIH
PRTHIWI SANTIR APAH SANTIR
ASADHAYAH SANTIH WANASPATAYAH SANTIR
WISWE DEWAH SANTIR BRAHMA SANTIH
SARVAM SANTIH SANTIR EWA SANTIH
SA MA SANTIR EDHI
(Ya Tuhan Yang Mahakuasa, anugerahkanlah
kedamaian di langit, damai di bumi, damai di air, damai pada
tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para dewata, damailah
Brahma, damailah alam semesta. Semogalah kedamaian senantiasa datang
pada kami)
OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI
(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)
OM WISWANI DEWA SAWITAR
DURI TANI PARA SUWA
YAD BHADRAM TANNA A SUWA
(Ya Tuhan, Sawitar, usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang terbaik.)
OM TRAYAMBHAKAM YAJAMAHE
SUGANDHIM PUSTI WARDHANAM
UNWARUKAM IWA BANDHANAT
MRTYOR MUKSIYA MAMRTAT
(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang
Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan.
Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari batangnya,
melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
OM A BRAHMAN BRAHMANO BRAHMAWARCASI JAYATAMA
RASTE RAAJANAH SURA ISAWYO TIWYADHI MAHARATHO JAYATAM
DOGDHRI DHENURYODANAD WANASUH SAPTIH PURANDHIRYOSAJISNU
RATHESTHAH SABHEYO YUWASYAJAYAMANASYA WIRO JAYATAM
NIKAAME-NIKAME NAH PARJANYO WARSATU PHALAWATYO NA
OSADHAYAH PACYANTAM YOGAKSEMO NAH KALPATAAM
(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semogalah di
negara ini lahir orang-orang yang memiliki pengetahuan spiritual. Semoga
pula pemimpin-pemimpin yang perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan
seperti menggunakan senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak
memberikan susu, lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula
lahir wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi
masyarakat, sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran.
Semoga pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)
OM-MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYDH
(Ya Tuhan, semoga kami mencintai tanah
air ini sebagai ibu dan hamba adalah putra-putranya yang siap sedia
membela seperti para pahlawan kami.)
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
(Semoga damai, damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)