DEWA GEDE RAMAYADI

Menu
  • Home
  • SEJARAH
    • MAHAGOTRA TIRTA HARUM
    • SILSILAH
  • SEMETON MAHAGOTRA TIRTA HARUM
    • SEMETON SATRIA TAMANBALI BANGLI NYALIAN
    • SEMETON SATRIA TAMAN BALI
    • SEMETON TITIANG SATRIA TAMAN BALI RING TAMBAHAN
      • SILSILAH TAMBAHAN
  • TUNTUNAN AGAMA HINDU
    • Doa - Doa Hindu
      • Doa - Doa Hindu
      • Kidung - Kidung
      • Dewa Gede Ramayadi
    • Upacara Sudhhi Wadani
    • Rahina Saraswati
    • Rahina Pagerwesi
    • Rahina Galungan - Kuningan
    • Rahina Tumpek Landep
    • Banten Pejati
    • Kidung - Kidung
    • Rentetan Hari Raya GALUNGAN DAN KUNINGAN
  • BOOKS
    • Analisis Kebijakan Publik
      • Analisa Kebijakan Publik
      • Dewa Gede Ramayadi
      • Dewa Gede Ramayadi
    • Analisa Kebijakan Organisasi
    • Analisa Kebijakan Publik
    • Analisa Kebijakan Pariwisata
  • BUDAYA
    • BUDAYA BALI
    • BUDAYA INDONESIA
    • BUDAYA MANCANEGARA
  • BABAD TIRTA HARUM
  • PAKET TOUR OBJEK WISATA BALI
    • PAKET TOUR KELUARGA
    • Obyek Wisata Bali
    • PAKET TOUR 3H2M
    • TOUR BALI
    • BALI
    • LIBURAN DI BALI
    • BALI
    • CHANNEL YOUTUBE
    • HOTEL

Friday, August 1, 2014

DEWI SARASWATI

August 01, 2014 No comments
Saraswati (Sarasvatī ) berasal dari akar kata sr  yang berarti mengalir. Ia dapat juga berarti percakapan, kata-kata. Dalam Rig Veda V.75.3, Saraswati juga disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma, dan yang lainnya.
Tuhan dalam ajaran agama Hindu disimbulkan dengan Pranava (aksara suci) AUM. AUM adalah simbul aksara yang paling suci di dalam Hindu. Dalam pengucapannya AUM berbunyi menjadi OM. AUM disebutkan merupakan dasar dari semua mantra, yang tertinggi dari semua mantra, aksara yang merupakan simbul dari sabda Brahman.
Pranava AUM merupakan lambang dari tiga sifat-kuasa utama Tuhan, yaitu mencipta (stiti), memelihara (utpti), melebur (pralina). A merupakan lambang dari Pencipta (stands for Creation). U merupakan lambang dari Pemelihara (stands for Preservation).      M merupakan lambang dari Pelebur (stands for Destruction or Dissolution). Semua kata yang mampu diucapkan oleh organ bicara manusia dapat diwakili oleh AUM. A dihasilkan dari tenggorokan, U dan M dihasilkan dari bibir.
Menurut pandangan Hindu, Tuhan adalah Dia Yang Tunggal (Brahman, Supreme) baik Yang Tak Berwujud (Nirguna Brahman) sekaligus Yang Berwujud (Saguna Brahman). Bahkan, Tuhan adalah esensi dari kehidupan, sehingga sejatinya yang ada hanyalah Tuhan. Menurut ajaran Hindu, adalah sama benarnya untuk memuja Tuhan Yang Tak Berwujud ataupun memuja Tuhan Yang Berwujud.
Dalam Rig Veda, salah satu pustaka suci Hindu, disebutkan: "Ekam sat vipraha, bahudha vadanti." ”Tuhan itu satu, orang bijaksana menyebut-Nya dengan banyak nama.” "Truth is one, the wise call It by various names." Tuhan mewujudkan Diri-Nya sebagai Pencipta disebut Brahma, Tuhan mewujudkan Diri-Nya sebagai Pemelihara disebut Wisnu, Tuhan mewujudkan Diri-Nya sebagai Pelebur disebut Siwa. Perwujudan Tuhan dengan shakti (energi kekuatan ilahi)-Nya dalam Hindu dikenal dengan sebutan Dewa-Dewi (Ishta Devatã). Memuja Dewa-Dewi adalah memuja Tuhan Itu Sendiri, memuja Tuhan Yang Berwujud.
Dewi Saraswati adalah salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua yang lainnya adalah Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati adalah sakti (energi kekuatan ilahi) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta.
Dewi Saraswasti adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni. Saraswati juga dipuja sebagai dewi kebijaksanaan.
Dewi Saraswati digambarkan sebagai sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, merupakan perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia tampak berpakaian dengan dominasi warna putih, tampil santun dan memikat, menunjukan bahwa pengetahuan suci akan membawa para murid pada kesahajaan.
Saraswati digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang merupakan wahana atau kendaraan suci-Nya, yang merupakan simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak.
Dewi Saraswati digambarkan memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: pikiran, intelektual, kewaspadaan (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
  • ·         Lontar (buku), adalah pustaka suci Weda, yang melambangkan pengetahuan universal dan abadi.
  • ·         Genitri (tasbih, rosario), melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.
  • ·         Wina (kecapi), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.
  • ·         Damaru (kendang kecil), yang melambangkan getar indah ilmu pengetahuan.
  • ·      Angsa merupakan simbol yang sangat populer yang berkaitan erat dengan Saraswati, sebagai wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar, kebijaksanaan) dan Wairagya yang sempurna, memiliki kemampuan memilah dan memilih permata di antara lumpur, memilah dan memilih antara yang baik dan yang buruk; sehingga seseorang menjadi bajik dan bijak. Angsa berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi bahwa seseorang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.
Selain angsa, juga sering terdapat merak dalam penggambaran Dewi Saraswati, merupakan simbol dari gemerlap kehidupan duniawi, kebanggaan semu. Merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya yang indah namun bukan keindahan yang abadi.
Sebagai Dewi Kebijaksanaan, Saraswati mengajarkan Vedanta. Filosofi kuno Vedanta berisi prinsip-prinsip hidup yang kekal; ajaran yang bersifat alamiah sekaligus ilmiah. Vedanta berasal dari dua kata Veda - Pengetahuan, dan Anta - Akhir. Vedanta berarti akhir pengetahuan. Filsafat kuno ini menyajikan prinsip-prinsip abadi hidup dan kehidupan. Vedanta berisikan program hidup damai yang dikombinasikan dengan aksi yang dinamis di dunia. Membekali seseorang dengan kejelasan akal-budi untuk menghadapi tantangan hidup. Di atas semuanya, filsafat Vedanta membimbing seseorang menuju pada puncak tujuan hidup, Realisasi- Diri (Self- Realization).
  
Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni, dirayakan oleh umat di Indonesia, yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis (Legi), wuku Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari sebagai penghormatan kepada dewi ilmu pengetahuan dan seni.
Cara terindah untuk memahami Dewi Saraswati adalah dengan memuliakan dan menyucikannya, mencari esensi pengetahuannya, memahami makna pesan kehidupannya, dan mempraktekkannya ke dalam perbuatan sehari-hari, baik dalam pikiran, kata dan perbuatan.

Damai di pikiran, damai di kehidupan, damai selalu dalam Kasih Sayang Brahman.

Read More

Friday, April 11, 2014

KIDUNG - KIDUNG

April 11, 2014 No comments

KIDUNG DEWA YADNYA
  1. Kawitan Warga Sari - Pendahuluan sembahyang
    1. Purwakaning angripta rumning wana ukir.
      Kahadang labuh. Kartika penedenging sari.
      Angayon tangguli ketur. Angringring jangga mure.
    2. Sukania harja winangun winarne sari.
      Rumrumning puspa priyaka, ingoling tangi.
      Sampun ing riris sumar. Umungguing srengganing rejeng

  2. Pangayat - Menghaturkan sajen
    Kidung Warga Sari
    1. Ida Ratu saking luhur. Kawula nunas lugrane.
      Mangda sampun titiang tanwruh. Mengayat Bhatara mangkin.
      Titiang ngaturang pajati. Canang suci lan daksina.
      Sami sampun puput. Pratingkahing saji.
    2. Asep menyan majagau. Cendana nuhur dewane,
      Mangda Ida gelis rawuh. Mijil saking luhuring langit.
      Sampun madabdaban sami. Maring giri meru reko.
      Ancangan sadulur, sami pada ngiring.
    3. Bhatarane saking luhur. Nggagana diambarane.
      Panganggene abra murub. Parekan sami mangiring.
      Widyadara-widyadari, pada madudon-dudonan,
      Prabhawa kumetug. Angliwer ring langit.
  3. Pamuspan - Sembahyang
    Merdu - Komala (Mandamalon)
    1. Ong sembah ning anatha. Tinghalana de Triloka sarana.
      Wahya dyatmika sembahing hulun ijeng ta tan hana waneh.
      Sang lwir agni sakeng tahen kadi minyak sakeng dadhi kita.
      Sang saksat metu yan hana wwang hamuter tutur pinahayu.
    2. Stuti nira tan tulus, sinauran paramarta siwa
      Anakku huwus katon, abimatanta temunta kabeh,
      Hana panganugrahanku, cadu sakti winimba sara,
      Pasupati sastra kastu, pangarannya nihan ulati
    3. Wuwus sira sang Hyang Iswara, Mijil tangapui ri tangan
      Wawanga sarira katara, manginditaken warayang,
      Tinarima sang dananjaya, tikang sara suksma tika
      Nganala sarira satmaka, lawan warayang wekasan
    4. Wyapi-wyapaka sarining paramatatwa durlabha kita.
      Icantang hana tan hana ganal alit lawan hala-hayu.
      Utpatti sthiti lina ning dadi kita ta karananika.
      Sang sangkan paraning sarat sakala-niskalatmaka kita.
    5. Sasi wimbha haneng: ghata mesi banyu.
      Ndan asing suci nirmala mesi wulan.
      lwa mangkana rakwa kiteng kadadin.
      Ring angambeki yoga kiteng sakala.
    6. Katemun ta mareka sitan katemu.
      Kahidepta mareka si tankahidep.
      Kawenang ta mareka si tan ka wenang.
      Paramartha Siwatwa nira warana.
  4. Nunas tirtha - Mohon tirtha
    1. Turun tirtha saking luhur. nenyiratang pemangkune.
      Mekalangan muncrat mumbul. Mapan tirtha mrtajati.
      Paican Bhatara sami, panglukatan dasa-mala.
      Sami pada lebur. Malane ring gumi.

    1. Turun tirta saking luhur, tirta panca dewatene, Wisnu tirta kamandalu, hyang iswara sanjiwani, mahadewa kundalini, hyang Brahma tirta pawitra, hyang siwa pemuput, amerta kinardi.

KIDUNG MANUSA YADNYA (PERKAWINAN)
  1. Kawitan Tantri - Pendahuluan.
    1. Wuwusan Bhupati. Ring Patali nagantun.
      Subaga wirya siniwi. Kajrihin sang para ratu.
      Salwaning jambu warsadi. Prasama hatur kembang tahon.
    2. Tuhu tan keneng api. Pratapa sang prabu Kesyani ruktyeng sadnyari.
      Sawyakti Hyang Hari Wisnu. Nitya ngde ulaping ari.
      Sri dhara patra sang katong.
    3. Wetning raja wibawa, mas manik penuh.
      Makinda yutan ring bahudanda. Sri Narendra, Sri Singapati,
      Ujaring Empu Bhagawanta. Ridenira panca-nana.
      Bratang penacasyan.
      Hatur Hyang Dharma nurageng bhuh.
    4. Kadi kreta yuga swapurneng nagantun Kakwehan sang yati.
      Sampun saman jayendrya. Weda Tatwa wit. Katinen de Sri Narendra.
      Nityasa ngruci tutur. Tan kasareng. wiku apunggung wyara brantadnya ajugul.

  2. Demung Sawit (bawak, dawa)
    1. Tuhu atut bhiseka Nrapati. Sri Eswaryadala.
      Dala kusuma patra nglung,
      Eswarya raja laksmi.
      Sang kulahamenuhi rajya.
      Kwening bala diwarga.
      Mukya sira.
      Kryana patih Sangniti Bandeswarya patrarum.
    2. Nityasa angulih- ulih amrih sutrepting nagara,
      lan sang paradimantriya.
      Tuhu widagda ngelus bhumi.
      Susandi tinut rasaning aji,
      Kutara manawa.
      Mwang sastra sarodrsti.
      Matangyan tan hanang baya kewuh.
    3. Pirang warsa Sri Nrapati Swaryadala.
      Tusta ngering sana.
      Kaladiwara hayu.
      Sri narapati.
      Lagya gugulingan ring taman.
      Ring yaca ngurddha angunggul.
      Yayamireng tawang.
      Tinum pyata tinukir.
      Kamala kinanda-kada.
      Langu inipacareng santun.
    4. Mangamyat kalangenikang nagara.
      Tisoba awiyar.
      Indra bhuwana nurun,
      Kweh tang pakwana titip.
      Pada kabhi nawa.
      Dening sarwendah linuhung.
      Liwar sukanikang wong.
      Anamtami kapti.
      Arumpuka sari sama angrangsuk bhusana aneka marum.

KIDUNG PITRA YADNYA
  1. Nedunang layon pacang nyiramang
    Menurunkan Jenazah untuk dimandikan

    Cewana - Girisa
    1. Ata sedengira mantuk sang suralaga ringayun.
      Tucapa aji wiratan. Karyasa nagisi weka.
      Pinahajongira laywan sang putra mala piniwa.
      Pada litu hajenganwam. Lwir kandarpa pina telu.
    2. Lalu laranira nasa sambat putranira pejah.
      Lakibi sira sumengkem ring putra luru kinusa.
      Ginamelira ginanti kang laywan lagi ginugah.
      Inutusira masabda kapwa ajara bibi aji.
  2. Nyiramang layon - Memandikan Jenazah.
    Bala - ugu.
    1. Bala ugu dina melah, manuju tanggal sasih.
      Pan Brayut panamaya. Asisig adyus akramas.
      Sinalinan wastra petak. Mamusti madayang batis.
      Sampun puput maprayoga, tan swe ngemasin-mati.
    2. Ikang layon ginosongan, ne istri tuhu satya, de pamayun matingkah.
      Eteh eteh sang paratra. Toya hening pabresihan.
      Misi ganda burat-wangi. Lengise pudak sategal.
      Sumar ganda mrbuk arum.
    3. Pusuh menuhe uttama. Malem sampun macawisan.
      Tekening edon intaran. Bebek wangi lengis kapur.
      Monmon mirah windusara. Waja meka panca datu.
      Don tuwung sampun masembar. Sikapa kalawan taluh.
    4. Buku-buku panyosalasan. Pagamelane salaka.
      Kawangene panyelawean. Gegalenge satak-seket.
      Sampun puput pabersihan. Winiletang dening kasa.
      Tikeh halus wijil jawa. Lante maulat panyalin.

  3. Mamarga ka setra - Pergi ke Kuburan
    Indra - wangsa
    1. Mamwit narendratmaja ring tapowana.
      Manganjali ryagraning indra parwata.
      Tan wis mrti sangka nikang hayun teka.
      Swabhawa sang sajana rakwa mangkana.
    2. Mangkat dateng toliha rum wulat nira.
      Sinambaying camara sangkaring geger.
      Panawanging mrak panangisnikungalas.
      Erang tininggal masaput-saput hima.
    3. Lunghang lengit lampahira ngawe tana.
      Lawan Sang Erawana bajranaryama.
      Tan warnanen decanikang katungkulan.
      Apan leyep muksa sahinganing mulat.

  4. Ngeseng Sawa - Memperabukan Jenazah.
    1. Sang atapa sakti bhakti, astiti purwa sangkara.
      Yan mati maurip malih. Wisesa sireng bhuwana.
      Putih timur abang wetan. Rahina tatas apadang.
      Titisning jaya kamantyan. Mapageh ta samadinira.
    2. Nghulun angadeg ring natar. Kamajaya cintanya.
      Sang atunggu parawean. Mawungu pakarab-karab.
      Ilangani dasa-mala, amrtang gangga asuci.
      Pamunggal rwaning wandira. Pinaka len prehanira.
    3. Yan sampun sira araup. Isinikang kundi manik.
      Anut marga kita mulih. Yan sira teka ring umah.
      Tutugaken samadinta. Sapangruwat sariranta.
      Isenikang pangasepan. Kunda kumutug samiddanya.
    4. Wewangen dadi tembaga. Rurube kang dadi emas.
      Arenge kang dadi wesi, Awune kang dadi selaka.
      Kukuse kang dadi mega. Yeh iku manadi ujan.
      Tumiba ring Mrecapada. Yeh iku dadi amretta.

  5. Rikala ngayut - Buang abu ke laut.
    1. Ring wetan hana telaga. Rikata hulun adyusa.
      Asalin raja bhusana. Anglebur awak tan porat.
      Hilanganing dasa mala. Sebel kandel ring sarira.
      Sakwehing malapataka. kalebura ring tanane.
    2. Ring kidul hana talaga. Rikata hulun adyusa.
      Asalin raja bhusana. Anglebur awak tan porat.
      Hilanganing dasa mala. Sebel kandel ring sanra.
      Sakwehing malapetaka. kalebura ring tanane.
    3. Ring kulon hana talaga. Rikata hulun adyusa.
      Asalin raja bhusana. Anglebur awak tan porat.
      Hilanganing dasa mala. Sebel kandel ring sanra.
      Sakwehing malapetaka. kalebura ring tanane.
    4. Ring lor hana talaga. Rikata hulun adyusa.
      Asalin raja bhusana. Anglebur awak tan porat.
      Hilanganing dasa mala. Sebel kandel ring sanra.
      Sakwehing malapetaka. kalebura ring tanane.
    5. Ring madya hana talaga. Rikata hulun adyusa.
      Asalin raja bhusana. Anglebur awak tan porat.
      Hilanganing dasa mala. Sebel kandel ring sanra.
      Sakwehing malapetaka. kalebura ring tanane.
    6. Sampun ta sira abresih, anambut raja bhusana.
      Binurating sarwa sari. Mrebuk arum gandaning wang.
      Matur sira ring Hyang Guru. Sinung wara nugraha sira.
      Keasunganing mandi swara. Paripurna tur nyewana.
Read More

SEJARAH, MAKNA dan RANGKAIAN Pelaksanaan dari HARI RAYA NYEPI.

April 11, 2014 No comments
Nyepi Dalam Hening Temukan Kedamaian.

Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Caka. Bagi masyarakat Bali Nyepi identik dengan hari dimana kita tidak keluar rumah seharian,  Sehari setelah Ngerupuk (Tawur Kesangga) dengan ogoh-ogoh buta kalanya, dimana malam harinya sepi dan gelap gulita karena tidak boleh menyalakan lampu, hari yang memberi kesempatan untuk “mulat sarira” (introspeksi/kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi, pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Tapi apakah sebenarnya Hari Nyepi itu, bagaimana sejarahnya perayaan Nyepi bisa seperti saat ini? Apa tujuan dan makna dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi? Bagaimana cara pelaksanaannya? Itulah berbagai pertanyaan yang ada di pikiran saya, dan dengan bekal bertanya pada berbagai sumber baik dari buku dan internet akhirnya jadilah artikel ini. Semoga bermanfaat menambah pengetahuan kita tentang Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1936 ini yang jatuh pada hari Senin 31 Maret 2014. 


Selamat Membaca..

Sejarah Nyepi.
Kondisi India sebelum Masehi, diwarnai dengan pertikaian yang panjang antara suku bangsa yang memperebutkan kekuasaan sehingga penguasa (Raja) yang menguasai India silih berganti dari berbagai suku, yaitu: Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa, dan Saka. Diantara suku-suku itu yang paling tinggi tingkat kebudayaanya adalah suku Saka. Ketika suku Yuehchi di bawah Raja Kaniska berhasil mempersatukan India maka secara resmi kerajaan menggunakan sistem kalender suku Saka. Keputusan penting ini terjadi pada tahun 78 Masehi. Pada tahun 456 M (atau Tahun 378 S), datang ke Indonesia seorang Pendeta penyebar Agama Hindu yang bernama Aji Saka asal dari Gujarat, India. Beliau mendarat di pantai Rembang (Jawa Tengah) dan mengembangkan Agama Hindu di Jawa. Ketika Majapahit berkuasa, (abad ke-13 M) sistem kalender Tahun Saka dicantumkan dalam Kitab Nagara Kartagama. Sejak itu Tahun Saka resmi digunakan di Indonesia. Masuknya Agama Hindu ke Bali kemudian disusul oleh penaklukan Bali oleh Majapahit pada abad ke-14 dengan sendirinya membakukan sistem Tahun Saka di Bali hingga sekarang. Perpaduan budaya (akulturasi) Hindu India dengan kearifan lokal budaya Hindu Indonesia (Bali) dalam perayaan Tahun Baru Caka inilah yang menjadi pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.
Pengertian Nyepi
Nyepi berasal dari kata “sepi”, “sipeng” yang berarti sepi, hening, sunyi,  senyap. Seperti namanya perayaan tahun baru caka bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat berbeda dengan perayaan Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan gemerlapnya pesta dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat Hindu dalam merayakan Nyepi malah dilaksanakan dengan Menyepi, “Sepi”, “Hening”,”Sunyi”,”Senyap”.
Mungkin pertanyaan muncul dibenak kita, Mengapa perayaan Tahun Baru Caka tidak dilaksanakan dengan ramai dan pesra seperti perayan tahun baru pada umumnya? Menurut saya ini merupakan cermin kebijaksanaan dan kejeniusan lehuhur kita, dimana seperti pada perayaan Hari Raya Siwarari, leluhur kita selalu menekankan kita tentang konsep “mulat sarira”. Perayaan dalam hening dan sepi agar kita belajar (instrospeksi/kembali ke jatidiri) dengan merenung, meditasi, evaluasi diri dan bertanya  tentang diri kita, siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita nanti? Selama setahun ini apakah yang kesalahan kita yang perlu diperbaiki? Dan bukankah dalam sepi dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai ?
Pelaksanaan Nyepi di Bali (Indonesia) memang unik dan istimewa,  konsep “mulat sarira” dengan “Catur Brata Penyepian” nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia sekarang ini. Saat ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming, alam yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan permasalahan lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.
Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai aktivitas. Setahun sekali memberi kesempatan untuk kepada alam semesta untuk bebas menghirup  segarnya udara tanpa asap dan polusi kendaraan dan mesin. Penghematan di saat krisis energi seperti saat ini terutama energi listrik karena pada hari ini Bali mampu mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu dan mesin, Nyepi sehari ini ternyata bisa melakukan penghematan penggunaan listrik hingga mencapai 8 Milyar. Dengan Nyepi kita diberi kesempatan memperoleh ketenangan dan kedamaian mendengarkan kicauan burung dan nyanyian alam yang sedang tersenyum sumringah karena bisa beristirahat sejenak pada hari ini setelah setahun bekerja keras memenuhi keinginan manusia yang tidak ada habisnya.
Pelaksanaan Nyepi di Bali bisa seperti saat ini di dukung oleh Pemerintah dan Dunia Internasional dengan penutupan semua pintu masuk ke Bali mulai dari bandara dan pelabuhan-pelabuhan. Penghentian siaran radio dan TV di Bali selama 1 hari 24 jam untuk menghormati Umat Hindu yang merayakan, bahkan dunia internasional pun mengakui keluhuran dan keistimewaan pelaksanaan Nyepi di Bali dengan ramainya wacana merayakan untuk menyediakan waktu Nyepi sehari untuk dunia “World Silence Day”, ya walaupun saat ini baru  berupa wacana saja :) .
Rangkaian Pelaksanaan Nyepi
Perayaan Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara yaitu :
  • Melasti berasal dari kata  Mala = kotoran/ leteh, dan Asti = membuang/memusnahkan, Melasti merupakan rangkaian upacara Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan segala kotoran badan dan pikiran (buana alit), dan juga alat upacara (buana agung) serta memohon air suci kehidupan (tirta amertha) bagi kesejahteraan manusia.  Pelaksanaan melasti ini biasanya dilakukan dengan membawa arca,pretima, barong yang merupakan simbolis untuk memuja manifestasi Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa diarak oleh umat menuju laut atau sumber air untuk memohon permbersihan dan tirta amertha (air suci kehidupan).  Seperti dinyatakan dalam Rg Weda II. 35.3 “Apam napatam paritasthur apah” yang artinya “Air yang berasal dari mata air dan laut mempunyai kekuatan untuk menyucikan. Selesai melasti Pretima,arca dan sesuhunan barong biasanya dilinggihkan di Bale Agung (Pura Desa) untuk memberkati umat dan pelaksanaan Tawur Kesanga.Melasti Mekiis Memohon Air Suci Sebelum Melaksanakan Nyepi                    Melasti Mekiis Memohon Air Suci ke Laut Sebelum Melaksanakan Nyepi

    • Tawur Agung/Tawur Kesanga atau Pengerupukan dilaksanakan sehari menjelang Nyepi yang jatuh tepat pada Tilem Sasih Sesanga. Pecaruan atau Tawur dilaksanakan di catuspata pada waktu tepat tengah hari. Filosofi Tawur adalah sebagai berikut tawur artinya membayar atau mengembalikan. Apa yang dibayar dan dikembalikan? Adalah sari-sari alam yang telah dihisap atau digunakan manusia. Sehingga terjadi keseimbangan maka sari-sari alam itu dikembalikan dengan upacara Tawur/Pecaruan yang dipersembahkan kepada Bhuta sehingga tidak menggangu manusia melainkan bisa hidup secara harmonis (butha somya). Filosofi tawur dilaksanakan di catuspata menurut Perande Made Gunung agar kita selalu menempatkan diri ditengah alias selalu ingat akan posisi kita, jati diri kita, dan  perempatan merupakan lambang tapak dara, lambang keseimbangan, agar kita selalu menjaga keseimbangan dengan atas (Tuhan), bawah (Alam lingkungan), kiri kanan (sesama manusia).  Setelah tawur pada catus pata diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Pada malam pengerupukan ini, di bali biasanya tiap desa dimeriahkan dengan adanya ogoh-ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai dari kulkul, petasan dan juga “keplug-keplugan” yaitu sebuah bom khas bali yang mengeluarkan suara keras dan menggelagar seperti suara bom, yang dihasilkan dari proses gas dari karbit dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan yang mengelegar. Ogoh-ogoh umumnya dengan rupa seram, mata melotot, susu menggelantung yang melambangkan buta kala dalam berbagai rupa, juga menunjukkan kreativitas dari orang Bali yang luar biasa yang terkenal akan seni dan budayanya
    • Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa (tanggal 1 bulan ke 10 Tahun Caka). Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6 pagi besoknya. Umat diharapkan bisa melaksanakan “Catur Brata Penyepian” yaitu :  
      • Amati Geni artinya tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam diri (nafsu).  
      • Amati Karya  artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja. 
      • Amati Lelungan, dari kata lelunga yang artinya bepergian, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah.  
      • Amati Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat hiburan. Dengan adanya Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan kita agar belajar pendalian diri dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian sehingga kita bisa fokus dan berkonsentrasi dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati diri) melalui perenungan dan meditasi.  Selain Catur Brata Penyepian, bagi yang umat yang mampu akan sangat bagus jika pada Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata, yoga, samadi misalnya dengan puasa selama 24 jam, dan juga monobrata yaitu tidak ngomong alias puasa berbicara sambil selalu memfokuskan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
    • Ngembak Geni berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang berarti api yang merupakan symbol dari Brahma (Dewa Pencipta) maknanya pada hari ini tapa brata yang kita laksanakan selama 24 Jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri  dan kembali bisa beraktivitas seperti biasa, memulai hari yang baru untuk berkarya dan mencipta alias berkreativitas kembali sesuai swadharma/kewajiban masing-masing. Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiatan mengunjungi kerabat dan saudara untuk mesima krama, bertegur sapa sambil mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan. Dharma Santi juga biasanya diselenggarakan setelah Nyepi yaitu dengan mengadakan dialog keagamaan sekaligus tempat untuk mesimakrama alias bersilaturahmi dengan sesama.
    Makna Nyepi
    Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud. Mulai dari Melasti/mekiis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan Tuhan yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit. Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada atman yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Dan Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan sesama.
    Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.
    Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.
    Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan membawa air kehidupan (amarta) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu di dunia.
    Makna Hari Raya Nyepi
    Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.

    Upacara sebelum hari Nyepi
    Ada beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi  yaitu:

    Upacara Melasti
    Selang waktu dua tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang yang ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang ada di dalam diri manusia dan alam.

    Upacara Bhuta Yajna
    Sebelum hari Raya Nyepi diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh roh jahat dengan membuat hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat ) dalam bahasa bali nya sebut ogoh ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah, Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di depan pekarangan , perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh yang menggambarakan buta kala ini yang diusung dan di arak secara beramai ramai oleh masyarakat dengan membawa obor di iringi tetabuhan dari kampung kekampung, upacara ini kira kira mulai di laksanakan dari petang hari jam enam sore sampai paling lambat jam dua belas malam, setelah upacara ini selesai ogoh ogoh tersebut di bakar, ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di bali wajibkan melakukan catur brata penyepian.
    Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
    Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
    Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
    Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
    Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.
    Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
    Upacara setelah Nyepi.

    Upacara Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya ( brata Nyepi ). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat, sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi Menurut tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditasi dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kualitas pribadi diri sendiri.
    Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakekat tujuan kehidupan di dunia ini. Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan domestik maupun manca negara.
    Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa yang telah kita perbuat. Dimasa lalu, saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang dengan tidak lupa selalu bersykur dengan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta Bagi anda yang sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas yang begitu padat ada baik nya anda meluangkan waktu sejenak keluar dari hiruk pikuk tersebut dan datang ke Bali sekedar introspeksi diri bahwa dalam kehidupan ini mempunyai terkaitan antara satu dan lain nya dan tidak lupa menyaksikan keadaan di Bali saat hari raya Nyepi akan terasa bedanya.
    Read More
    Newer Posts Older Posts Home

    KSATRIA BRAHMANA WANGSA TREH TIRTA HARUM SATRIA TAMAN BALI "IDEWA TAMBAHAN" di TAMBAHAN KELOD

    dewa gede ramayadi
    View my complete profile

    Recent Posts

    Arsip Pencerahan Dumogi Mapikenoh

    • ►  1998 (2)
      • ►  May (1)
      • ►  August (1)
    • ►  1999 (1)
      • ►  August (1)
    • ►  2000 (1)
      • ►  August (1)
    • ►  2002 (1)
      • ►  August (1)
    • ►  2011 (1)
      • ►  March (1)
    • ►  2012 (6)
      • ►  February (2)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
    • ►  2013 (1)
      • ►  September (1)
    • ▼  2014 (3)
      • ►  April (2)
        • SEJARAH, MAKNA dan RANGKAIAN Pelaksanaan dari HARI...
        • KIDUNG - KIDUNG
      • ▼  August (1)
        • DEWI SARASWATI
    • ►  2016 (1)
      • ►  February (1)
    • ►  2017 (4)
      • ►  April (2)
      • ►  June (1)
      • ►  September (1)
    • ►  2019 (4)
      • ►  January (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
    • ►  2020 (2)
      • ►  February (1)
      • ►  October (1)
    • ►  2022 (1)
      • ►  January (1)
    • ►  2025 (1)
      • ►  April (1)

    Popular Posts

    • BABAD LELUHUR MAHA GOTRA TIRTA HARUM
      Om Swastyastu, BABAD LELUHUR  MAHA GOTRA TIRTA HARUM Tiga Tokoh sejarah yang menjadi legenda di Bali masing-masing D...
    • LANDASAN DASAR, TATA CARA, PERSIAPAN, MANTRAM KRAMANING SEMBAH dan DOA SEHARI - HARI HINDU
      Om Swastyastu, Sembahyang atau sering juga disebut muspa kramaning sembah  merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan. salah s...
    • KIDUNG - KIDUNG
      KIDUNG DEWA YADNYA Kawitan Warga Sari - Pendahuluan sembahyang Purwakaning angripta rumning wana ukir. Kahadang labuh. Ka...

    Categories

    • GALUNGAN --> RANGKAIAN UPACARA DAN MAKNA FILOSOFINYA
    • HARI RAYA SIWARATRI
    • LANDASAN DASAR
    • MANTRAM KRAMANING SEMBAH dan DOA SEHARI - HARI HINDU
    • PANCA SRADHA
    • PENGERTIAN DAN MAKNA UPACĀRA MAPANDES (POTONG GIGI)
    • PERSIAPAN
    • SEJARAH AGAMA HINDU
    • TATA CARA

    Report Abuse

    Followers

    Search This Blog

    Link list 3

    • GALUNGAN --> RANGKAIAN UPACARA DAN MAKNA FILOSOFINYA (1)
    • HARI RAYA SIWARATRI (1)
    • LANDASAN DASAR (1)
    • MANTRAM KRAMANING SEMBAH dan DOA SEHARI - HARI HINDU (1)
    • PANCA SRADHA (1)
    • PENGERTIAN DAN MAKNA UPACĀRA MAPANDES (POTONG GIGI) (1)
    • PERSIAPAN (1)
    • SEJARAH AGAMA HINDU (1)
    • TATA CARA (1)

    Dumogi Rahayu Semeton Titiang Sareng Sami

    Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

    Copyright © DEWA GEDE RAMAYADI