Nyepi Dalam Hening Temukan Kedamaian.
Nyepi merupakan Hari Raya
Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Caka. Bagi masyarakat
Bali Nyepi identik dengan hari dimana kita tidak keluar rumah seharian,
Sehari setelah Ngerupuk (Tawur Kesangga) dengan ogoh-ogoh buta kalanya, dimana malam
harinya sepi dan gelap gulita karena tidak boleh menyalakan lampu, hari
yang memberi kesempatan untuk “mulat sarira” (introspeksi/kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi, pelaksanaan Catur Brata Penyepian.
Tapi apakah sebenarnya Hari
Nyepi itu, bagaimana sejarahnya perayaan Nyepi bisa seperti saat ini?
Apa tujuan dan makna dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi? Bagaimana cara
pelaksanaannya? Itulah berbagai pertanyaan yang ada di pikiran saya, dan
dengan bekal bertanya pada berbagai sumber baik dari buku dan internet
akhirnya jadilah artikel ini. Semoga bermanfaat menambah pengetahuan
kita tentang Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1936 ini yang jatuh pada hari Senin 31 Maret 2014.
Selamat Membaca..
Selamat Membaca..
Sejarah Nyepi.
Kondisi India sebelum Masehi, diwarnai dengan pertikaian yang panjang
antara suku bangsa yang memperebutkan kekuasaan sehingga penguasa
(Raja) yang menguasai India silih berganti dari berbagai suku, yaitu:
Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa, dan Saka. Diantara suku-suku itu yang
paling tinggi tingkat kebudayaanya adalah suku Saka. Ketika suku Yuehchi
di bawah Raja Kaniska berhasil mempersatukan India maka secara resmi
kerajaan menggunakan sistem kalender suku Saka. Keputusan penting ini
terjadi pada tahun 78 Masehi. Pada tahun 456 M (atau Tahun 378 S),
datang ke Indonesia seorang Pendeta penyebar Agama Hindu yang bernama
Aji Saka asal dari Gujarat, India. Beliau mendarat di pantai Rembang
(Jawa Tengah) dan mengembangkan Agama Hindu di Jawa. Ketika Majapahit
berkuasa, (abad ke-13 M) sistem kalender Tahun Saka dicantumkan dalam
Kitab Nagara Kartagama. Sejak itu Tahun Saka resmi
digunakan di Indonesia. Masuknya Agama Hindu ke Bali kemudian disusul
oleh penaklukan Bali oleh Majapahit pada abad ke-14 dengan sendirinya
membakukan sistem Tahun Saka di Bali hingga sekarang. Perpaduan budaya
(akulturasi) Hindu India dengan kearifan lokal budaya Hindu Indonesia
(Bali) dalam perayaan Tahun Baru Caka inilah yang menjadi pelaksanaan
Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.
Pengertian Nyepi
Nyepi berasal dari kata “sepi”, “sipeng” yang berarti sepi, hening,
sunyi, senyap. Seperti namanya perayaan tahun baru caka bagi umat hindu
di Indonesia ini dirayakan sangat berbeda dengan
perayaan Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan
gemerlapnya pesta dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat
Hindu dalam merayakan Nyepi malah dilaksanakan dengan Menyepi, “Sepi”,
“Hening”,”Sunyi”,”Senyap”.
Mungkin pertanyaan muncul dibenak kita, Mengapa perayaan Tahun Baru Caka tidak dilaksanakan dengan ramai dan pesra seperti perayan tahun baru pada umumnya? Menurut saya ini merupakan cermin kebijaksanaan dan kejeniusan lehuhur kita, dimana seperti pada perayaan Hari Raya Siwarari, leluhur kita selalu menekankan kita tentang konsep “mulat sarira”. Perayaan
dalam hening dan sepi agar kita belajar (instrospeksi/kembali ke
jatidiri) dengan merenung, meditasi, evaluasi diri dan bertanya tentang
diri kita, siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita
nanti? Selama setahun ini apakah yang kesalahan kita yang perlu
diperbaiki? Dan bukankah dalam sepi dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai ?
Pelaksanaan Nyepi di Bali (Indonesia) memang unik dan istimewa, konsep “mulat sarira” dengan “Catur Brata Penyepian” nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia sekarang ini. Saat ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming,
alam yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis
energi dan permasalahan lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.
Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh
dari berbagai aktivitas. Setahun sekali memberi kesempatan untuk kepada
alam semesta untuk bebas menghirup segarnya udara tanpa asap dan
polusi kendaraan dan mesin. Penghematan di saat krisis energi seperti
saat ini terutama energi listrik karena pada hari ini Bali mampu
mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan
lampu-lampu dan mesin, Nyepi sehari ini ternyata bisa
melakukan penghematan penggunaan listrik hingga mencapai 8 Milyar.
Dengan Nyepi kita diberi kesempatan memperoleh ketenangan dan kedamaian
mendengarkan kicauan burung dan nyanyian alam yang sedang tersenyum
sumringah karena bisa beristirahat sejenak pada hari ini setelah setahun
bekerja keras memenuhi keinginan manusia yang tidak ada habisnya.
Pelaksanaan Nyepi di Bali bisa seperti saat ini di dukung oleh
Pemerintah dan Dunia Internasional dengan penutupan semua pintu masuk ke
Bali mulai dari bandara dan pelabuhan-pelabuhan. Penghentian siaran
radio dan TV di Bali selama 1 hari 24 jam untuk menghormati Umat Hindu
yang merayakan, bahkan dunia internasional pun mengakui keluhuran dan
keistimewaan pelaksanaan Nyepi di Bali dengan ramainya wacana merayakan
untuk menyediakan waktu Nyepi sehari untuk dunia “World Silence Day”, ya walaupun saat ini baru berupa wacana saja .
Rangkaian Pelaksanaan Nyepi
Perayaan Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara yaitu :
- Tawur Agung/Tawur Kesanga atau Pengerupukan dilaksanakan sehari menjelang Nyepi yang jatuh tepat pada Tilem Sasih Sesanga. Pecaruan atau Tawur dilaksanakan di catuspata pada waktu tepat tengah hari. Filosofi Tawur adalah sebagai berikut tawur artinya membayar atau mengembalikan. Apa yang dibayar dan dikembalikan? Adalah sari-sari alam yang telah dihisap atau digunakan manusia. Sehingga terjadi keseimbangan maka sari-sari alam itu dikembalikan dengan upacara Tawur/Pecaruan yang dipersembahkan kepada Bhuta sehingga tidak menggangu manusia melainkan bisa hidup secara harmonis (butha somya). Filosofi tawur dilaksanakan di catuspata menurut Perande Made Gunung agar kita selalu menempatkan diri ditengah alias selalu ingat akan posisi kita, jati diri kita, dan perempatan merupakan lambang tapak dara, lambang keseimbangan, agar kita selalu menjaga keseimbangan dengan atas (Tuhan), bawah (Alam lingkungan), kiri kanan (sesama manusia). Setelah tawur pada catus pata diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Pada malam pengerupukan ini, di bali biasanya tiap desa dimeriahkan dengan adanya ogoh-ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai dari kulkul, petasan dan juga “keplug-keplugan” yaitu sebuah bom khas bali yang mengeluarkan suara keras dan menggelagar seperti suara bom, yang dihasilkan dari proses gas dari karbit dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan yang mengelegar. Ogoh-ogoh umumnya dengan rupa seram, mata melotot, susu menggelantung yang melambangkan buta kala dalam berbagai rupa, juga menunjukkan kreativitas dari orang Bali yang luar biasa yang terkenal akan seni dan budayanya
- Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa (tanggal 1 bulan ke 10 Tahun Caka). Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6 pagi besoknya. Umat diharapkan bisa melaksanakan “Catur Brata Penyepian” yaitu :
- Amati Geni artinya tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam diri (nafsu).
- Amati Karya artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja.
- Amati Lelungan, dari kata lelunga yang artinya bepergian, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah.
- Amati Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat hiburan. Dengan adanya Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan kita agar belajar pendalian diri dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian sehingga kita bisa fokus dan berkonsentrasi dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati diri) melalui perenungan dan meditasi. Selain Catur Brata Penyepian, bagi yang umat yang mampu akan sangat bagus jika pada Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata, yoga, samadi misalnya dengan puasa selama 24 jam, dan juga monobrata yaitu tidak ngomong alias puasa berbicara sambil selalu memfokuskan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
- Ngembak Geni berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang berarti api yang merupakan symbol dari Brahma (Dewa Pencipta) maknanya pada hari ini tapa brata yang kita laksanakan selama 24 Jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri dan kembali bisa beraktivitas seperti biasa, memulai hari yang baru untuk berkarya dan mencipta alias berkreativitas kembali sesuai swadharma/kewajiban masing-masing. Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiatan mengunjungi kerabat dan saudara untuk mesima krama, bertegur sapa sambil mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan. Dharma Santi juga biasanya diselenggarakan setelah Nyepi yaitu dengan mengadakan dialog keagamaan sekaligus tempat untuk mesimakrama alias bersilaturahmi dengan sesama.
Makna Nyepi
Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi
mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh
rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat
Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga
ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud. Mulai dari Melasti/mekiis
dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual
manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala
manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung
dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam
sekitar dan ciptaan Tuhan yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan
bhuana agung bhuana alit. Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan
dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang
pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada
atman yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Dan Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan
dialog spiritual antara kita dengan sesama.
Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.
Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap
Tahun Baru Saka. Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni
yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas
segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada
yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan
yang lebih baik dimasa mendatang.
Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini
saat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai
merupakan hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang
akan datang kedunia dengan membawa air kehidupan (amarta) untuk
kesejahteraan manusia dan umat hindu di dunia.
Makna Hari Raya Nyepi
Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.
Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.
Upacara sebelum hari Nyepi
Ada beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi yaitu:
Upacara Melasti
Selang waktu dua tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang yang ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang ada di dalam diri manusia dan alam.
Upacara Bhuta Yajna
Sebelum hari Raya Nyepi diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh roh jahat dengan membuat hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat ) dalam bahasa bali nya sebut ogoh ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah, Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di depan pekarangan , perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh yang menggambarakan buta kala ini yang diusung dan di arak secara beramai ramai oleh masyarakat dengan membawa obor di iringi tetabuhan dari kampung kekampung, upacara ini kira kira mulai di laksanakan dari petang hari jam enam sore sampai paling lambat jam dua belas malam, setelah upacara ini selesai ogoh ogoh tersebut di bakar, ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di bali wajibkan melakukan catur brata penyepian.
Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak
merenung diri tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin ,
hari ini dan akan datang.
Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.
Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat
matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing
kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
Upacara setelah Nyepi.
Upacara Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya ( brata Nyepi ). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat, sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi Menurut tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditasi dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kualitas pribadi diri sendiri.
Upacara Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya ( brata Nyepi ). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat, sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi Menurut tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditasi dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kualitas pribadi diri sendiri.
Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa
jauhkah tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih
mengerti pada hakekat tujuan kehidupan di dunia ini. Seluruh kegiatan
upacara upacara tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan
dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga
saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak
ternilai harganya baik di mata wisatawan domestik maupun manca negara.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa makna Nyepi itu
sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas diri, merenung sejenak
dengan apa yang telah kita perbuat. Dimasa lalu, saat ini dan
merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang dengan tidak lupa
selalu bersykur dengan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta Bagi
anda yang sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas yang begitu padat ada
baik nya anda meluangkan waktu sejenak keluar dari hiruk pikuk tersebut
dan datang ke Bali sekedar introspeksi diri bahwa dalam kehidupan ini
mempunyai terkaitan antara satu dan lain nya dan tidak lupa menyaksikan
keadaan di Bali saat hari raya Nyepi akan terasa bedanya.
0 comments:
Post a Comment