DEWA GEDE RAMAYADI

Menu
  • Home
  • SEJARAH
    • MAHAGOTRA TIRTA HARUM
    • SILSILAH
  • SEMETON MAHAGOTRA TIRTA HARUM
    • SEMETON SATRIA TAMANBALI BANGLI NYALIAN
    • SEMETON SATRIA TAMAN BALI
    • SEMETON TITIANG SATRIA TAMAN BALI RING TAMBAHAN
      • SILSILAH TAMBAHAN
  • TUNTUNAN AGAMA HINDU
    • Doa - Doa Hindu
      • Doa - Doa Hindu
      • Kidung - Kidung
      • Dewa Gede Ramayadi
    • Upacara Sudhhi Wadani
    • Rahina Saraswati
    • Rahina Pagerwesi
    • Rahina Galungan - Kuningan
    • Rahina Tumpek Landep
    • Banten Pejati
    • Kidung - Kidung
    • Rentetan Hari Raya GALUNGAN DAN KUNINGAN
  • BOOKS
    • Analisis Kebijakan Publik
      • Analisa Kebijakan Publik
      • Dewa Gede Ramayadi
      • Dewa Gede Ramayadi
    • Analisa Kebijakan Organisasi
    • Analisa Kebijakan Publik
    • Analisa Kebijakan Pariwisata
  • BUDAYA
    • BUDAYA BALI
    • BUDAYA INDONESIA
    • BUDAYA MANCANEGARA
  • BABAD TIRTA HARUM
  • PAKET TOUR OBJEK WISATA BALI
    • PAKET TOUR KELUARGA
    • Obyek Wisata Bali
    • PAKET TOUR 3H2M
    • TOUR BALI
    • BALI
    • LIBURAN DI BALI
    • BALI
    • CHANNEL YOUTUBE
    • HOTEL

Friday, April 28, 2017

BANTEN PEJATI

April 28, 2017 No comments
Om Swastyastu,

BANTEN PEJATI


I. Daksina
Alasnya memakai wakul / srembeng / katung yang terbuat dari janur / slepan / blarak, kemudian di dalamnya diisi tampak, uang, porosan / base tempel, beras secukupnya, sebutir kelapa yang telah dibersihkan, 7 buah kojong yang masing-masing berisi kluwek, kemiri, bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, telor itik mentah 1, papeselan (5 jenis dedaunan seperti : daun salak, daun durian, daun nangka, daun manggis dan daun duku) dan buah-buahan (pisang). Kelapa disisipi benang berwarna putih, memakai sampyan payasan atau sampyan pusung, canang sari dan sesari daksina : adalah simbol stana Tuhan, simbol makro kosmos.


II. Peras
Alasnya tamas / aledan / ceper, berisi kulit peras kemudian disusun di atasnya beras, benang dan base tempel serta uang. Diisi buah-buahan dan pisang secukupnya, kue, tumpeng 2 buah, rerasmen (lauk pauk) yang dialasi kojong rangkat, sampyan peras, canang sari peras adalah jenis banten permohonan agar upacara tersebut sukses (prasida).

III. Soda / Ajuman
Alasnya tamas / aledan : berisi buah, pisang, kue dan nasi berbentuk penek (bundar) 2 buah, rerasmen yang dialasi Tri Kona, sampyan plaus / petangas, canang sari
Soda / ajuman dipakai sarana untuk memuliakan, mengagungkan Hyang Widhi dan lambang keteguhan / kokoh.



IV. Ketipat Kelanan
Alas tamas / aledan / ceper berisi buah, kue dan pisang, ketupat 6 buah (1 kelan) rerasmen dialasi tri kona ditambah 1 butir telor mateng, sampyan plaus / petangas, lambang terkendalinya sadripu sehingga ada keseimbangan.

V. Penyeneng / Tehenan / Pabuat
Jenis jejaitan yang di dalamnya beruang tiga masing-masing berisi beras, benang, uang, nasi aon (nasi dicampur abu gosok) dan porosan adalah jejaitan yang berfungsi sebagai alat untuk nuntun, menurunkan prabhawa Hyang Widhi (antena receiver)
Mantra :
Om kaki penyeneng nini panyeneng kajenengan iru sanghyang Brahma Wisnu Iswara Chandra Lintang terang gona. Om Shri ya namah swaha

VI. Pasucian
Alas ceper yang di dalamnya berisi 7 buah tangkih kecil yang masing-masing tangkih berisi bedak (dari tepung), bedak kuning (tepung berwarna kuning), ambuh (kelapa diparut), kakosok (kue rengginang dibakar hingga gosong), daun kembang sepatu dirajang, pasta (asem,jeruk) dan minyak wangi. Di atasnya diisi takir dan aseban air cendana, dibuatkan sampyan payasan, sisir terbuat dari janur dan cerin dari janur.

VII. Segehan
Alasnya aledan / ceper diisi 12 tangkih dan 1 trikona dan masing-masing berisi nasi dengan lauk pauk bawang, jahe, garam.
Pejati Katur ring Sanghyang Catur Lokaphala :
  1. Peras             : kepada Sanghyang Iswara
  2. Daksina        : kepada Sanghyang Brahma
  3. Tipat             : kepada Sanghyang Wisnu
  4. Soda             : kepada Sanghyang Mahadewa
VIII. Beberapa makna filosfis dalam pejati:
Srembeng / wakul / srobong / katung adalah lambang Hukum Rta yaitu hukum abadi Tuhan
Tampak dara merupakan simbol keseimbangan baik makro kosmos maupun mikro kosmos
Porosan / base tumpel merupakan lambang dari konsep Tuhan sebagai Brahma (pinang), Wisnu (sirih), Iswara (kapur) dan Mahadewa (plawa)
Kelapa simbol pawitra (air keabadian / amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari 7 lapisan sapta loka karena ternyata kelapa terdiri dari 7 lapisan dari kulit luar hingga air di dalamnya.
Kluwek lambang pradhana / prakerti / unsur kebendaan / perempuan
Kemiri lambang purusa / unsur kejiwaan / laki-laki
Papeselan lambang Panca Dewata ; daun duku : Iswara; daun manggis : Brahma; daun durian : Mahadewa; daun salak: Wisnu; dan daun nangka : Siwa
Bumbu-bumbuan dan kacang-kacangan lambang sad rasa dan lambang kemakmuran
Beras lambang ibu pertiwi (Anantha Boga)
Benang pada daksina lambang naga Anantha Boga, Bhasuki dan Taksaka dalam proses pemutaran mandara giri untuk mencari amertha. Benang disini juga berarti alat/media penghubung antara pemuja dan yang dipuja
Telor mentah (itik) simbol awal dari kehidupan / getar-getar kehidupan, lambang bhuana alit. Telor terdiri dari 3 lapisan seperti pada manusia yaitu badan wadag, badan roh dan badan penyebab
Sesari pada daksina sebagai lambang saripati dari pekerjaan
Sampyan payasan / pusung / simbol dari konsep utpati, sthiti dan pralina (tri kona)
Aled peras / kulit peras untuk dapat berhasil diperlukan persiapan yaitu pikiran benar, ucapan benar, pandangan benar dan tujuan benar
Daun plawa lambang kesejukan
Bunga lambang cetusan perasaan
Bija benih-benih kesucian
Air  lambang pawitra / amertha
Api  saksi dan pendetanya yajna
Tri kona : upti, sthiti, pralina
Tamas : cakra atau perputaran hidup atau windu (simbol kekosongan yang murni/ananda)
Ceper : catur marga (bhakti, karma, jnana dan raja marga)

Om Santih, Santih, Santih Om
Read More

Sunday, April 23, 2017

SUDDHI WADANI

April 23, 2017 No comments
"Om Swastyastu",

Pengertian Suddhi Vadan
Untuk memberikan gambaran  umum yang lebih jelas tentang upacara Suddhi Vadani, maka terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari Suddhi Vadani tersebut. Secara etimologi Suddhi Vadani berasal dari kata Suddhi dan Vadana, Suddhi berasal dari bahasa Sanskerta (f) yang artinya penyucian, persembahan, upacara pembersihan/penyucian. Kata yang sepadan dengan Suddhi aalah Suddha (mfn), yang berarti bersih, suci, cerah, putih, tanpa cacat atau cela. Baik kata suddhi maupun kata suddha berasal dari akar kata kerja “suddh”, yang berarti membersihkan, menyucikan, menjad bersih, suci. Sedangkan kata Vadani secara gramatikal berasal dari kata benda “vada” (mfn) yang berarti perkataan, pembicaraan, yang dalam kata majemuk, kata vada itu hanya terpakai sebagai kata terakhir, misalnya Priyamvada, yang berarti berbicara dengan baik atau dengan pantas. Vadani berarti banyak perkataan, banyak pembicaraan, adapun bentuk-bentuknya seperti:
  1. Vadana (n)atau vadhana (f) yang dapat berarti muka, mulut, prilaku/cara berbcara.
  2. Vadanya (mn) atau vadanya (f) yang berate fasih berbicara, ramah, banyak bicara.
Dengan demikian kata suddhi dan vadani  dapat diartikan dengan kata-kata penyucian. Secara singkat dapat dikatakan bahwa upacara suddhi vadhani adalah upacara dalam agama Hindu sebagai pengukuhan atau pengesahan ucapan atau janji seseorang yang secara tulus ikhlas  dan hati suci menyatakan masuk dan memeluk agama Hindu ( Tim, 1998: 3-4 ). Adapun beberapa istilah yang berkenaan dengan upacara suddhi vadani, yang perlu juga kita ketahui diantaranya adalah:
  1. Suddhi Vadani, adalah pernyataan suci melalui kata- kata atau janji oleh seseorang untuk nmenganut atau memeluk agama Hindu yang dilandasi hati yang tulus ikhlas.
  2. Yajna, adalah kegiatan keagamaan yang dilaksanakan berdasarkan keikhlasan dan ketulusan hati terhadap Tuhan (Sang Hyang Widhi) beserta kemahakuasaan-Nya, para Maharsi, leluhur,sesama manusia, terhadap makhluk lain maupun terhadap alam lingkungannya.
  3. Inisiasi, adalah penyucian dan pentasbihan.
  4. Samakara, adalah upacara penyucian yang bertujuan untuk menyucikan badan dan pikiran sehingga dapat memuja Tuhan secara layak dan khusuk.
  5. Satyam, Sivam, Sudharam,adalah hakekat sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud kebenaran, kebahagiaan dan keindahan.
  6. Sraddha, adalah keyakinan/ kepercayaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ) beserta segala ka Maha Kuasaan-Nya,
  7. Bhakti. Adalah pancaran cinta kasih yang tulus dan luhur dalam bentuk penyerahan diri kepada Sang Hyang widhi Wasa.
  8. Dasa karma patha, adalah sepuluh jenis tindakan yang harus dikendalikan melalui : tiga macam dari pikiran, empat macam dari perkataan dan tiga macam dari tindakan badan.
  9. Dharma Siddhiyartha, adalah landasan sistem berfikir dalam penuangan konsep untuk menentukan alternatif kegiatan guna mencapai tujuan beragama.
Penganut agama Hindu dengan berdasarkan kitab suci veda tidak dibatasi oleh sekat etnis,golongan,bahasa,daerah,bangsa,ataupun sekat- sekat yang lain. Agama Hindu bersifat terbuka karena veda tidak diperuntukkan bagi sesuatu golongan saja. Kitab suci sukla Yayurveda XXVI.2 menyebutkan :
“Yathenam vacam kalyanim, avadani janebhayah, brahma rajanabhyam, sudarya caryaya ca avaya caranaya ca”.                                                                                            
“Hendaknya disampaikan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia, cendikiawan, rohaniawan,raja/ pemerintah/ masyarakat. Para pedagang, petani dan nelayan serta para buruh, kepada orang- orangku, dan orang orang lain sekalipun”.
Ajaran ini diperkuat lagi oleh hukum Hindu bahwa Veda adalah penutun umat manusia di dalam menciptakan kesejahteraan dunuawi dan kebahagiaan rohani dengan otoritas tunggalnya yakni Dharma. Dharma sebagai sumber hukum Hindu adalah kebenaran mutlak, sebab Tuhan setelah menciptakan alam semesta beserta isinya, kemudian menciptakan hukum yang mengatur hubungan partikel yang diciptakan. Ketentuan hukum dinyatakan sekali saja dan berlaku untuk selamanya. Adapun bentuk-bentuk perujudan yang menjadi landasan dharma dinyatakan dalam kitab Manavadharmasastra  II.6 dan 10 sebagai berikut :
Vedo’khilo dharma mulam, Smrti sile ca tad vidam, Acarasca iva sadhunam, Atmanastustir eva ca (M.DS. II.6)
Srutistu vedo vijneyo, Dharmasastram tu vai smrtih, Ta sarvarthesvamimamsye, Tabhyam dharmo hi nirbabhau (M.DS.II.10)
“Veda adalah sumber dari segala dharma, kemudian barulah smrti, di samping Sila, Acara dan Atmanastusti” (Pudja, 1996: 62).
“Sesungguhnya Sruti adalah veda, Smrti adalah Dharmasastra, keduanya tidak boleh diragukan kebenarannya di dalam keadaan apapun, sebab keduanya sumber kebenaran agama dan hukum” (Pudja, 1996: 63).

Tujuan  Upacara Suddhi Vadani
Tujuan diadakannya upacara suddhi vadani adalah untuk memberikan kepastian hukum baik hukum agama maupun hukum pemerintahan agar seseorang yang sudah melaksanakan upacara suddhi vadani dapat melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya itu, termasuk mendapatkan hak- hak pelayanan sesuai dengan agama Hindu. Disamping itu untuk menghilangkan anggapan  bahwa umat Hindu telah melaksanakan pemurtadan terhadap orang yang telah beragama.
Dalam kehidupan beragama, UUD’45 pasal 29 ayat (2) menentukan : “Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan beribadat menurut kepercayaan itu.” Dengan demikian setiap warga negara  Indonesia dijamin kebebasannya untuk memeluk agama yang dianut dan diyakini. Bahkan untuk melakukan ibadah agamanya juga dijamin dan dilindungi oleh negara sehingga setiap umat beragama dapat menjalankan ibadah agama dengan baik,lancar dan aman.
Kebebasan untuk memeluk kepercayaan agamanya dalam perkembangan pergaulan hidup saat ini telah mampu menembus dinding-dinding batas antar golongan, suku maupun ras. Oleh karena itu setiap orang dapat memeluk agama Hindu menurut keyakinannya. Dalam kondisi pergaulan seperti itu tidak jarang terjadi pengalihan agama yang satu dengan yang lain,baik secara sukarela maupun melalui proses perkawinan antara seorang wanita dengan seorang pria dengan latar belakang yang berbeda.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yang merupakan Majelis tertinggi Agama Hindu, telah menetapkan bahwa agar perkawinan   dari pasangan yang berbeda agama dapat diakui keabsahannnya oleh Hukum Agama Hindu maupu oleh Negara dalam hal ini Undang Undang perkawinan Nomor : 1 tahun 1974 maka perlu diadakan upacara Suddhi vadani
Guna keseragaman pelaksanaannya diperlukan adanya bukun pedoman untuk melaksanakan upacara Suddhi Vadani.

Kedudukan Upacara Suddhi Vadani
Upacara Suddhi vadani memiliki kebenaran dan hukum yang sah, baik dalam hukum agama maupun dalam hukum negara.
a.  Kedudukan dalam Hukum Agama Hindu:
  1. Dharma sebagai hukum, membawa konsukwensi logis yang jika dilanggar akan mendapat sanksi. Dharma sebagai sumber hukum memuat lima dasar ajaran yang harus dipercayai sebagai kebenaran, yakni: Sruti (Veda), Smrti (Dharmasastra), Sila (tingkah laku luhur), Sadacara (adat istiadat dan teladan orang orang suci) dan Atmanastusti (kebahagiaan batin/ suara hati). Suddhi Vadani bersumber pada kelima dasar ajaran tersebut terutama Atmanastusti. Hal ini sangat jelas, karena untuk memeluk agama Hindu tidak dipaksa, melainkan atas kesadaran sendiri (Atmanastustusti ) untuk memperoleh kebahagiaan.
  2. Upacara Suddhi vadani adalah samskara yakni upacara penyucian diri dan berkaitan erat dengan upacara Manusa Yajna.
b.  Kedudukan dalam Hukum Negara.
1.  UUD 45 Bab XI Pasal 29 menyatakan:
ayat (1) Negara berdasarkan atas ke Tuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Untuk menjaga kemurnian agama, masing-masing diwajibkan bagi pemeluknya untuk tidak mencampuradukkan ajaran agama yang satu dengan yang lainnya. Khusus dalam aspek sosio- religius berkaitan dengan interaksi sosial sebuah perkawinan diatur dalam UU No: 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Bahwa ditekankan masalah perkawinaan tidak dibenarkan antar agama dan oleh karena itu syahnya suatu perkawinan adalah syah menurut hukum agama dan kepercayaan yang dianutnya. Upacara Suddhi Vadani menjadi awal yang sangat penting memenuhi syarat- syarat diatas sehingga tidak terjadi perkawinan silang antar pemeluk agama yang berbeda.

Sumber Ajaran Suddhi Vadani
1.  Keyakinaan / sraddha. Kata sraddha dalam  Veda mengandung makna  yang amat luas yakni ‘’keyakinan atau keimanan “. Ada lima dasar keyakinan agama Hindu yang disebut panca Sraddha. Ke lima keyakinan itu adalah Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhava/ samsara dan Moksa. Dalam pengamalannya, terdapat enam wujud/ bentuk sraddha yang dinyatakan sebagai penyangga dunia ini sebagaimana disebutkan di dalam kitab suci Arthavaveda XII.1.1 sebagai berikut:
“Satyam brhad rtam ugram diksa tapo brahma yajnah prthivim dharayanti”.
“ Kebenaran yang suci, hukum Nya yang abadi, pensudhian/ penyucian/ inisiasi, pantangan atau pengendalian diri, pemujaan atau doa, pengorbanan atau korban persembahan, itulah yang menyangga dunia ini”.
Dengan ajaran itulah mengalir keyakinan / sraddha dengan segala aspek ke Tuhanannya dan menumbuhkan semangat kerohanian yang mantap untuk mewujudkan jagadhita dan moksa.
2. Tiga kebajikan pokok.  Dalam kitab Brhadaranyaka upanisad V,2.1-3 dikatakan bahwa prajapati (Tuhan) memiliki murid sekaligus keturunan Nya yaitu Devata, Manusia dan Asura. Kepada para muridnya itu  Prajapati mengajarkan kebajikan- kebajikan utama sebagai berikut :
“Trayah prajapatyah parjapatau pitari brahmacaryam ucuh, deva  manusya asurah, usitva brahmacaryam deva ucuh; bravituno bhavan iti,tebhyonhaitad aksaram uvaca; da iti vyajnasista iti; hocuh, damyata iti na attheti,aum iti hovaca, vyajnasisteti”.
“Tiga keturunan  Prajapati, Devata, Manusia dan asura, hidup bersama ayah mereka Prajapati sebagai murid pengetahuan suci. Setalah menyelesaikan masa belajarnya para devata berkata: “Tuanku, mohonlah kami diajar terus”.Kepada mereka beliau menggumam kan satu aksara suci “Da” dan  bertanya apakah kalian mengerti? Kami sudah mengerti, paduka mengatakan “Damyata” kepada kami, “Kendalikan dirimu”. Dia menjawab: Ya kalian sudah mengerti. Para deva dikatakan bersifat susah diatur dan karena itu diminta  untuk mengendalikan diri”.
“Atha hainam manusya ucuh: bravitu no bhavan iti, tebhyo haitad evaksaram uvaca; da iti; vyajnasista iti;vyajnasisma iti hocuh, datta iti na attheti aum iti hovaca vyajnsisteti”
“Kemudian manusia berkata kepada Prajapati: “Tuanku, mohonlah kami           diajar terus”;kepada mereka juga beliau menggumamkan aksara suci yang sama, “Da” dan bertanya :”apa kalian sudah mengerti, Paduka mengatakan “Datta”: ”memberi”. Dia menjawab: Ya kalian sudah mengerti. Manusia biasanya tamak, rakus karena itu semestinya membagikan hartanya sebanyak mungkin (berdana punia)”
“Atha hainam asura acuh: bravitu no bhavan iti; tebhyo haitad evaksaram uvaca; da iti; vyajnasisma iti hocuh, dayadhvam iti na attheti; aum iti hovaca vyajnasisteti. Tad etad avaisa daivivag anuvadati stanayitnuh da,da,da iti, damyata datta,dayadhvam iti.Tad etat trayam sikset damam,danam,dayam iti”
“Kemudian para asura berkata pada Nya : “Tuanku,mohonlah kami diajar terus” kepada mereka juga menggumankan aksara yang sama, “Da” dan berkata: apa kalian sudah mengerti?. Mereka menjawab: kami sudah mengerti; Paduka mengatakan “Dayadhavam”, ”harus welas Asih”. Dia menjawab, ya kalian  sudah mengerti. Asura itu kejam dan suka melukai orang lain, mereka harus mempunyai welas asih kepada orang lain. Hal yang sama, suara dari sorga (daivivag) bergema menirukan da, da, da, yaitu kendalikan dirimu, memberi .dan welas asih. Setiap orang mesti melatih ketiga hal yang sama ini, pengendalian diri, memberi dan welas asih

Fungsi Upacara Suddhi Vadani
Karena upacara Suddhi Vadani merupakan Yajna dan samskara maka fungsi-fungsi baik Yajna maupun samskara tidak dapat dipisahkan dari fungsi upacara suddhi vadani.

Fungsi Yajna
  1. Sebagai sarana menyebar luaskan ajaran Veda.
  2. Sebagai ungkapan terima kasih (syukur) atas segala anugerah Tuhan Yang Maha Esa)
  3. Sebagai sarana untuk menciptakan kesucian dan penebusan dosa yang dapat mengantarkan Atma mencapai Moksa.
  4. Sebagai media edukatif yang praktis dalam mengamalkan ajaran agama
Fungsi Samskara.
  1. Sebagai sarana menyucikan badan dan pikiran.
  2. Penyucian “dasa karma patha’’ yang lahir dari pikiran,perkataan dan tindakan fisik.
  3. Untuk memperoleh status tertentu melalui pengesahan formal agama (inisiasi).
  4. Untuk meningkatkan hidup kerohanian yang berakibat pada proses penyempurnaan kepribadian orang yang melakukan samskara.
Makna Upacara Suddhi Vadani
  1. Memohon persaksian serta waranugraha Sang Hyang Widhi Wasa  (Tuhan Yang Maha Esa ) bahwa sejak saat disuddhikan yang bersangkutan secara resmi memeluk agama Hindu dan berkewajiban mengamalkannya.
  2. Dengan upacara Suddhi Vadani yang bersangkutan telah menyucikan diri (pribadinya)dan berarti wajib beryajna.
  3. Melalui upacara Suddhi Vadani yang bersangkutan telah menjadi keluarga besar umat Hindu yang keyakinan/ sraddha-nya bersumber pada Veda dan sejak saat itu yang bersangkutan berhak memperoleh bimbingan dan tuntunan Veda guna neningkatkan jnana ( Kesadaran Pengetahuan ) dan vitalitas hidup menuju Sathyam, Sivam, Sundharam.
  Rangkaian upacara Suddhi Wadani, diawali dengan persiapan administratif. Yang mau di suddhi wadani, twrlebih dahulu membuat surat pernyataan yang intinya hendak memeluk agama Hindu. Surat di huat diatas kertas segel atau bermaterai 6000, ditujukan kpd Parisada setempat atau Ketua Banjar/adat setempat. Copy KTP, pas photo ukuran 3×4= 3 lbr. Apabila pemohon belum berusia 17 tahun…dilengkapi dgn surat persetujuan dr orang tua/wali. Setelah itu maka pengurus parisada, pura akan membuatkan jadwal utk suddhi wadani
Upakara yang paling sederhana utk Upacara Suddhi Wadani adalah: dupa, air dan bunga. Kalau mau pakai sesajen bisa dengan membuat banten Pejati.
Upacara Suddhi Wadani dapat dilaksanakan secara mandiri-bukan karena akan melangsungkan perkawinan. Jika dilakukan karena akan melangsunhkan perkawinan-idealnya upacara suddhi wadani dilakukan sebelum upacara perkawinan….sehingga memiliki kesempatan untuk belajar ttg agama hindu…setelah itu baru dilangsungkan upacara perkawinan. Namun jika karena alasan tertentu (urgent), maka upacara suddhi wadani dpt dilakukan bersamaan dgn upacara perkawinan. Dimana sebelum pemberkatan perkawinan diadakan upacara suddhi wadani terlebih dahulu.
Saat suddhi wadani hendaknya juga di hadirkan saksi - saksi.
agar legitimasi upacara ini juga kuat. Walau persaksian utama adalah kepada Hyang Widhi.

Upacara Suddhi Wadani hanya dilakukan oleh mereka yang akan memeluk Agama Hindu. Tp boleh disaksikan oleh orang lain. Kalau calon pasangannya sudah beragama Hindu-saat upacara suddhi wadani tidak diikutkan dalam upacara suddhi wadani. Cukup mendampingi saja

Demikian tatacara pelaksanaan Upacara Suddhi Vadani, semoga dapat dijadikan acuan tatkala umat hendak melaksanakannya.


"Om Santih Santih Santih Om".

Sumber : I Wayan Sudarma, S.Ag, M.Si (Shri danu Dharma P).
Read More
Newer Posts Older Posts Home

KSATRIA BRAHMANA WANGSA TREH TIRTA HARUM SATRIA TAMAN BALI "IDEWA TAMBAHAN" di TAMBAHAN KELOD

dewa gede ramayadi
View my complete profile

Recent Posts

Arsip Pencerahan Dumogi Mapikenoh

  • ►  1998 (2)
    • ►  May (1)
    • ►  August (1)
  • ►  1999 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2000 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2002 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2012 (6)
    • ►  February (2)
    • ►  May (1)
    • ►  June (1)
    • ►  July (2)
  • ►  2013 (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2014 (3)
    • ►  April (2)
    • ►  August (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  February (1)
  • ▼  2017 (4)
    • ▼  April (2)
      • SUDDHI WADANI
      • BANTEN PEJATI
    • ►  June (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  January (1)
    • ►  June (1)
    • ►  July (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2020 (2)
    • ►  February (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)

Popular Posts

  • BABAD LELUHUR MAHA GOTRA TIRTA HARUM
    Om Swastyastu, BABAD LELUHUR  MAHA GOTRA TIRTA HARUM Tiga Tokoh sejarah yang menjadi legenda di Bali masing-masing D...
  • LANDASAN DASAR, TATA CARA, PERSIAPAN, MANTRAM KRAMANING SEMBAH dan DOA SEHARI - HARI HINDU
    Om Swastyastu, Sembahyang atau sering juga disebut muspa kramaning sembah  merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan. salah s...
  • KIDUNG - KIDUNG
    KIDUNG DEWA YADNYA Kawitan Warga Sari - Pendahuluan sembahyang Purwakaning angripta rumning wana ukir. Kahadang labuh. Ka...

Categories

  • GALUNGAN --> RANGKAIAN UPACARA DAN MAKNA FILOSOFINYA
  • HARI RAYA SIWARATRI
  • LANDASAN DASAR
  • MANTRAM KRAMANING SEMBAH dan DOA SEHARI - HARI HINDU
  • PANCA SRADHA
  • PENGERTIAN DAN MAKNA UPACĀRA MAPANDES (POTONG GIGI)
  • PERSIAPAN
  • SEJARAH AGAMA HINDU
  • TATA CARA

Report Abuse

Followers

Search This Blog

Link list 3

  • GALUNGAN --> RANGKAIAN UPACARA DAN MAKNA FILOSOFINYA (1)
  • HARI RAYA SIWARATRI (1)
  • LANDASAN DASAR (1)
  • MANTRAM KRAMANING SEMBAH dan DOA SEHARI - HARI HINDU (1)
  • PANCA SRADHA (1)
  • PENGERTIAN DAN MAKNA UPACĀRA MAPANDES (POTONG GIGI) (1)
  • PERSIAPAN (1)
  • SEJARAH AGAMA HINDU (1)
  • TATA CARA (1)

Dumogi Rahayu Semeton Titiang Sareng Sami

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Copyright © DEWA GEDE RAMAYADI