Pengertian Suddhi Vadan
Untuk memberikan gambaran umum yang lebih jelas tentang upacara Suddhi Vadani, maka terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari Suddhi Vadani tersebut. Secara etimologi Suddhi Vadani berasal dari kata Suddhi dan Vadana, Suddhi berasal dari bahasa Sanskerta (f) yang artinya penyucian, persembahan, upacara pembersihan/penyucian. Kata yang sepadan dengan Suddhi aalah Suddha (mfn), yang berarti bersih, suci, cerah, putih, tanpa cacat atau cela. Baik kata suddhi maupun kata suddha berasal dari akar kata kerja “suddh”, yang berarti membersihkan, menyucikan, menjad bersih, suci. Sedangkan kata Vadani secara gramatikal berasal dari kata benda “vada” (mfn) yang berarti perkataan, pembicaraan, yang dalam kata majemuk, kata vada itu hanya terpakai sebagai kata terakhir, misalnya Priyamvada,
yang berarti berbicara dengan baik atau dengan pantas. Vadani berarti
banyak perkataan, banyak pembicaraan, adapun bentuk-bentuknya seperti:
- Vadana (n)atau vadhana (f) yang dapat berarti muka, mulut, prilaku/cara berbcara.
- Vadanya (mn) atau vadanya (f) yang berate fasih berbicara, ramah, banyak bicara.
Dengan demikian kata suddhi dan vadani dapat diartikan dengan
kata-kata penyucian. Secara singkat dapat dikatakan bahwa upacara suddhi
vadhani adalah upacara dalam agama Hindu sebagai pengukuhan atau
pengesahan ucapan atau janji seseorang yang secara tulus ikhlas dan
hati suci menyatakan masuk dan memeluk agama Hindu ( Tim, 1998: 3-4 ).
Adapun beberapa istilah yang berkenaan dengan upacara suddhi vadani,
yang perlu juga kita ketahui diantaranya adalah:
- Suddhi Vadani, adalah pernyataan suci melalui kata- kata atau janji oleh seseorang untuk nmenganut atau memeluk agama Hindu yang dilandasi hati yang tulus ikhlas.
- Yajna, adalah kegiatan keagamaan yang dilaksanakan berdasarkan keikhlasan dan ketulusan hati terhadap Tuhan (Sang Hyang Widhi) beserta kemahakuasaan-Nya, para Maharsi, leluhur,sesama manusia, terhadap makhluk lain maupun terhadap alam lingkungannya.
- Inisiasi, adalah penyucian dan pentasbihan.
- Samakara, adalah upacara penyucian yang bertujuan untuk menyucikan badan dan pikiran sehingga dapat memuja Tuhan secara layak dan khusuk.
- Satyam, Sivam, Sudharam,adalah hakekat sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud kebenaran, kebahagiaan dan keindahan.
- Sraddha, adalah keyakinan/ kepercayaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ) beserta segala ka Maha Kuasaan-Nya,
- Bhakti. Adalah pancaran cinta kasih yang tulus dan luhur dalam bentuk penyerahan diri kepada Sang Hyang widhi Wasa.
- Dasa karma patha, adalah sepuluh jenis tindakan yang harus dikendalikan melalui : tiga macam dari pikiran, empat macam dari perkataan dan tiga macam dari tindakan badan.
- Dharma Siddhiyartha, adalah landasan sistem berfikir dalam penuangan konsep untuk menentukan alternatif kegiatan guna mencapai tujuan beragama.
“Yathenam vacam kalyanim, avadani janebhayah, brahma rajanabhyam, sudarya caryaya ca avaya caranaya ca”.
“Hendaknya disampaikan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia, cendikiawan, rohaniawan,raja/ pemerintah/ masyarakat. Para pedagang, petani dan nelayan serta para buruh, kepada orang- orangku, dan orang orang lain sekalipun”.
Ajaran ini diperkuat lagi oleh hukum Hindu bahwa Veda adalah penutun
umat manusia di dalam menciptakan kesejahteraan dunuawi dan kebahagiaan
rohani dengan otoritas tunggalnya yakni Dharma. Dharma sebagai sumber
hukum Hindu adalah kebenaran mutlak, sebab Tuhan setelah menciptakan
alam semesta beserta isinya, kemudian menciptakan hukum yang mengatur
hubungan partikel yang diciptakan. Ketentuan hukum dinyatakan sekali
saja dan berlaku untuk selamanya. Adapun bentuk-bentuk perujudan yang
menjadi landasan dharma dinyatakan dalam kitab Manavadharmasastra II.6
dan 10 sebagai berikut :
Vedo’khilo dharma mulam, Smrti sile ca tad vidam, Acarasca iva sadhunam, Atmanastustir eva ca (M.DS. II.6)Srutistu vedo vijneyo, Dharmasastram tu vai smrtih, Ta sarvarthesvamimamsye, Tabhyam dharmo hi nirbabhau (M.DS.II.10)
“Veda adalah sumber dari segala dharma, kemudian barulah smrti, di samping Sila, Acara dan Atmanastusti” (Pudja, 1996: 62).
“Sesungguhnya Sruti adalah veda, Smrti adalah Dharmasastra, keduanya tidak boleh diragukan kebenarannya di dalam keadaan apapun, sebab keduanya sumber kebenaran agama dan hukum” (Pudja, 1996: 63).
Tujuan Upacara Suddhi Vadani
Tujuan diadakannya upacara suddhi vadani
adalah untuk memberikan kepastian hukum baik hukum agama maupun hukum
pemerintahan agar seseorang yang sudah melaksanakan upacara suddhi vadani
dapat melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya itu, termasuk mendapatkan hak- hak pelayanan sesuai
dengan agama Hindu. Disamping itu untuk menghilangkan anggapan bahwa
umat Hindu telah melaksanakan pemurtadan terhadap orang yang telah
beragama.
Dalam kehidupan beragama, UUD’45 pasal 29 ayat (2) menentukan :
“Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing- masing dan beribadat menurut kepercayaan itu.” Dengan demikian
setiap warga negara Indonesia dijamin kebebasannya untuk memeluk agama
yang dianut dan diyakini. Bahkan untuk melakukan ibadah agamanya juga
dijamin dan dilindungi oleh negara sehingga setiap umat beragama dapat
menjalankan ibadah agama dengan baik,lancar dan aman.
Kebebasan untuk memeluk kepercayaan agamanya dalam perkembangan
pergaulan hidup saat ini telah mampu menembus dinding-dinding batas
antar golongan, suku maupun ras. Oleh karena itu setiap orang dapat
memeluk agama Hindu menurut keyakinannya. Dalam kondisi pergaulan
seperti itu tidak jarang terjadi pengalihan agama yang satu dengan yang
lain,baik secara sukarela maupun melalui proses perkawinan antara
seorang wanita dengan seorang pria dengan latar belakang yang berbeda.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut Parisada Hindu Dharma Indonesia
(PHDI) yang merupakan Majelis tertinggi Agama Hindu, telah menetapkan
bahwa agar perkawinan dari pasangan yang berbeda agama dapat diakui
keabsahannnya oleh Hukum Agama Hindu maupu oleh Negara dalam hal ini
Undang Undang perkawinan Nomor : 1 tahun 1974 maka perlu diadakan
upacara Suddhi vadani
Guna keseragaman pelaksanaannya diperlukan adanya bukun pedoman untuk melaksanakan upacara Suddhi Vadani.Kedudukan Upacara Suddhi Vadani
Upacara Suddhi vadani memiliki kebenaran dan hukum yang sah, baik dalam hukum agama maupun dalam hukum negara.
a. Kedudukan dalam Hukum Agama Hindu:
- Dharma sebagai hukum, membawa konsukwensi logis yang jika dilanggar akan mendapat sanksi. Dharma sebagai sumber hukum memuat lima dasar ajaran yang harus dipercayai sebagai kebenaran, yakni: Sruti (Veda), Smrti (Dharmasastra), Sila (tingkah laku luhur), Sadacara (adat istiadat dan teladan orang orang suci) dan Atmanastusti (kebahagiaan batin/ suara hati). Suddhi Vadani bersumber pada kelima dasar ajaran tersebut terutama Atmanastusti. Hal ini sangat jelas, karena untuk memeluk agama Hindu tidak dipaksa, melainkan atas kesadaran sendiri (Atmanastustusti ) untuk memperoleh kebahagiaan.
- Upacara Suddhi vadani adalah samskara yakni upacara penyucian diri dan berkaitan erat dengan upacara Manusa Yajna.
1. UUD 45 Bab XI Pasal 29 menyatakan:
ayat (1) Negara berdasarkan atas ke Tuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Untuk menjaga kemurnian agama, masing-masing diwajibkan bagi
pemeluknya untuk tidak mencampuradukkan ajaran agama yang satu dengan
yang lainnya. Khusus dalam aspek sosio- religius berkaitan dengan
interaksi sosial sebuah perkawinan diatur dalam UU No: 1 tahun 1974
tentang perkawinan. Bahwa ditekankan masalah perkawinaan tidak
dibenarkan antar agama dan oleh karena itu syahnya suatu perkawinan
adalah syah menurut hukum agama dan kepercayaan yang dianutnya. Upacara
Suddhi Vadani menjadi awal yang sangat penting memenuhi syarat- syarat
diatas sehingga tidak terjadi perkawinan silang antar pemeluk agama yang
berbeda.
1. Keyakinaan / sraddha. Kata sraddha dalam Veda mengandung makna
yang amat luas yakni ‘’keyakinan atau keimanan “. Ada lima dasar
keyakinan agama Hindu yang disebut panca Sraddha. Ke lima keyakinan itu
adalah Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhava/ samsara dan Moksa. Dalam
pengamalannya, terdapat enam wujud/ bentuk sraddha yang dinyatakan
sebagai penyangga dunia ini sebagaimana disebutkan di dalam kitab suci
Arthavaveda XII.1.1 sebagai berikut:
“Satyam brhad rtam ugram diksa tapo brahma yajnah prthivim dharayanti”.“ Kebenaran yang suci, hukum Nya yang abadi, pensudhian/ penyucian/ inisiasi, pantangan atau pengendalian diri, pemujaan atau doa, pengorbanan atau korban persembahan, itulah yang menyangga dunia ini”.
Dengan ajaran itulah mengalir keyakinan / sraddha dengan segala aspek ke Tuhanannya dan menumbuhkan semangat kerohanian yang mantap untuk mewujudkan jagadhita dan moksa.
2. Tiga kebajikan pokok. Dalam kitab Brhadaranyaka upanisad V,2.1-3
dikatakan bahwa prajapati (Tuhan) memiliki murid sekaligus keturunan Nya
yaitu Devata, Manusia dan Asura. Kepada para muridnya itu Prajapati
mengajarkan kebajikan- kebajikan utama sebagai berikut :
“Trayah prajapatyah parjapatau pitari brahmacaryam ucuh, deva
manusya asurah, usitva brahmacaryam deva ucuh; bravituno bhavan
iti,tebhyonhaitad aksaram uvaca; da iti vyajnasista iti; hocuh, damyata
iti na attheti,aum iti hovaca, vyajnasisteti”.
“Tiga keturunan Prajapati, Devata, Manusia dan asura, hidup bersama
ayah mereka Prajapati sebagai murid pengetahuan suci. Setalah
menyelesaikan masa belajarnya para devata berkata: “Tuanku, mohonlah
kami diajar terus”.Kepada mereka beliau menggumam kan satu aksara suci
“Da” dan bertanya apakah kalian mengerti? Kami sudah mengerti, paduka
mengatakan “Damyata” kepada kami, “Kendalikan dirimu”. Dia menjawab: Ya
kalian sudah mengerti. Para deva dikatakan bersifat susah diatur dan
karena itu diminta untuk mengendalikan diri”.
“Atha hainam manusya ucuh: bravitu no bhavan iti, tebhyo haitad
evaksaram uvaca; da iti; vyajnasista iti;vyajnasisma iti hocuh, datta
iti na attheti aum iti hovaca vyajnsisteti”
“Kemudian manusia berkata kepada Prajapati: “Tuanku, mohonlah kami
diajar terus”;kepada mereka juga beliau menggumamkan aksara
suci yang sama, “Da” dan bertanya :”apa kalian sudah mengerti, Paduka
mengatakan “Datta”: ”memberi”. Dia menjawab: Ya kalian sudah mengerti.
Manusia biasanya tamak, rakus karena itu semestinya membagikan hartanya
sebanyak mungkin (berdana punia)”
“Atha hainam asura acuh: bravitu no bhavan iti; tebhyo haitad
evaksaram uvaca; da iti; vyajnasisma iti hocuh, dayadhvam iti na
attheti; aum iti hovaca vyajnasisteti. Tad etad avaisa daivivag
anuvadati stanayitnuh da,da,da iti, damyata datta,dayadhvam iti.Tad etat trayam sikset damam,danam,dayam iti”
“Kemudian para asura berkata pada Nya : “Tuanku,mohonlah kami diajar
terus” kepada mereka juga menggumankan aksara yang sama, “Da” dan
berkata: apa kalian sudah mengerti?. Mereka menjawab: kami sudah
mengerti; Paduka mengatakan “Dayadhavam”, ”harus welas Asih”. Dia
menjawab, ya kalian sudah mengerti. Asura itu kejam dan suka melukai
orang lain, mereka harus mempunyai welas asih kepada orang lain. Hal
yang sama, suara dari sorga (daivivag) bergema menirukan da, da, da,
yaitu kendalikan dirimu, memberi .dan welas asih. Setiap orang mesti
melatih ketiga hal yang sama ini, pengendalian diri, memberi dan welas
asih
Karena upacara Suddhi Vadani merupakan Yajna dan samskara maka fungsi-fungsi baik Yajna maupun samskara tidak dapat dipisahkan dari fungsi upacara suddhi vadani.
Fungsi Yajna
- Sebagai sarana menyebar luaskan ajaran Veda.
- Sebagai ungkapan terima kasih (syukur) atas segala anugerah Tuhan Yang Maha Esa)
- Sebagai sarana untuk menciptakan kesucian dan penebusan dosa yang dapat mengantarkan Atma mencapai Moksa.
- Sebagai media edukatif yang praktis dalam mengamalkan ajaran agama
- Sebagai sarana menyucikan badan dan pikiran.
- Penyucian “dasa karma patha’’ yang lahir dari pikiran,perkataan dan tindakan fisik.
- Untuk memperoleh status tertentu melalui pengesahan formal agama (inisiasi).
- Untuk meningkatkan hidup kerohanian yang berakibat pada proses penyempurnaan kepribadian orang yang melakukan samskara.
- Memohon persaksian serta waranugraha Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) bahwa sejak saat disuddhikan yang bersangkutan secara resmi memeluk agama Hindu dan berkewajiban mengamalkannya.
- Dengan upacara Suddhi Vadani yang bersangkutan telah menyucikan diri (pribadinya)dan berarti wajib beryajna.
- Melalui upacara Suddhi Vadani yang bersangkutan telah menjadi keluarga besar umat Hindu yang keyakinan/ sraddha-nya bersumber pada Veda dan sejak saat itu yang bersangkutan berhak memperoleh bimbingan dan tuntunan Veda guna neningkatkan jnana ( Kesadaran Pengetahuan ) dan vitalitas hidup menuju Sathyam, Sivam, Sundharam.
Rangkaian upacara Suddhi Wadani, diawali dengan persiapan
administratif. Yang mau di suddhi wadani, twrlebih dahulu membuat surat
pernyataan yang intinya hendak memeluk agama Hindu. Surat di huat diatas
kertas segel atau bermaterai 6000, ditujukan kpd Parisada setempat atau
Ketua Banjar/adat setempat. Copy KTP, pas photo ukuran 3×4= 3 lbr.
Apabila pemohon belum berusia 17 tahun…dilengkapi dgn surat persetujuan
dr orang tua/wali. Setelah itu maka pengurus parisada, pura akan
membuatkan jadwal utk suddhi wadani
Upakara yang paling sederhana utk Upacara Suddhi Wadani adalah: dupa,
air dan bunga. Kalau mau pakai sesajen bisa dengan membuat banten
Pejati.
Upacara Suddhi Wadani dapat dilaksanakan secara mandiri-bukan karena
akan melangsungkan perkawinan. Jika dilakukan karena akan melangsunhkan
perkawinan-idealnya upacara suddhi wadani dilakukan sebelum upacara
perkawinan….sehingga memiliki kesempatan untuk belajar ttg agama
hindu…setelah itu baru dilangsungkan upacara perkawinan. Namun jika
karena alasan tertentu (urgent), maka upacara suddhi wadani dpt
dilakukan bersamaan dgn upacara perkawinan. Dimana sebelum pemberkatan
perkawinan diadakan upacara suddhi wadani terlebih dahulu.
Saat suddhi wadani hendaknya juga di hadirkan saksi - saksi.
agar legitimasi
upacara ini juga kuat. Walau persaksian utama adalah kepada Hyang Widhi.
Upacara Suddhi Wadani hanya dilakukan oleh mereka yang akan memeluk Agama Hindu. Tp boleh disaksikan oleh orang lain. Kalau calon pasangannya sudah beragama Hindu-saat upacara suddhi wadani tidak diikutkan dalam upacara suddhi wadani. Cukup mendampingi saja
Demikian tatacara pelaksanaan Upacara Suddhi Vadani, semoga dapat dijadikan acuan tatkala umat hendak melaksanakannya.
"Om Santih Santih Santih Om".
Sumber : I Wayan Sudarma, S.Ag, M.Si (Shri danu Dharma P).
0 comments:
Post a Comment